Frank menarik napas berat. "Papa tidak tahu. Papa tidak pernah mendengar cerita apa pun tentangnya. Papa bahkan tidak tahu namanya."
Alis Emily bergerak turun. Sebelah tangannya terangkat menyangga pipi. "Itu sangat menyedihkan. Papa pasti merindukannya."
"Ya." Tatapan Frank mulai menerawang. "Dulu ketika Papa seusia kalian, Papa sering mengira-ngira seperti apa nenek buyut kalian."
"Dia pasti sangat cantik," angguk Louis.
Frank tertawa lirih. Sambil mengamati wajah Louis dan Emily, ia berbisik, "Papa juga berpikir begitu. Tapi karena Papa tidak bisa bertemu untuk memastikannya, Papa hanya bisa berdoa. Semoga Nenek bahagia di mana pun dia berada."
"Amin." Si Kembar merapatkan tangan di depan dada dan terpejam sesaat. Saat matanya kembali terbuka, Emily langsung meninggikan alisnya.
"Louis, bagaimana kalau kita berdoa untuk Bibi juga? Semoga dia tidak terlalu sedih karena orang tuanya berpisah.”
Mata Louis sontak melebar. “Itu ide bagus, Emily.”
Gadis mungil itu tersenyum man