"Bibi harus sembuh. Aku tidak mau Bibi kenapa-kenapa," rengek Emily.
Louis ikut memperdalam kerut alis. Bibirnya berkedut kecil. "Ya, Bibi harus kuat. Kalau Bibi sudah sembuh, kita bisa bermain lagi. Bibi juga belum melihat animasi dari kami, kan?"
Barbara menelan ludah. Tenggorokannya terasa kering, sedangkan hatinya pedih. Sejujurnya, ia takut tidak bisa melihat si Kembar lagi.
"Anak-Anak," panggil Frank sambil berjalan dengan langkah lebar. Setibanya di depan si Kembar, ia membungkuk, memegangi pundak mereka.
"Kalau kalian ingin Bibi cepat sembuh, berdoalah. Itu yang paling dibutuhkan Bibi sekarang. Lagipula, sesampainya di rumah sakit, Bibi akan langsung masuk ke ruang operasi. Kalian juga tidak bisa melihatnya."
"Tapi kami bisa berdoa di ruang tunggu, dan kami bisa menyambut Bibi begitu selesai dioperasi." Louis mendongak dengan wajah memelas.
"Dan membuat Bibi kalian sedih?" bisik Frank seraya menangkup pipi putranya. "Bibi pasti merasa bersalah dan cemas kalau kalian m