"Papa," panggil Barbara lemah. "Kumohon, berhentilah menyudutkan Philip. Apakah Papa datang ke sini hanya untuk memarahinya?"
Paul melunak. "Tidak, Sayang. Tadi pagi, Frank menelepon Papa. Dia menceritakan semuanya. Papa datang ke sini karena cemas. Bagaimana kondisimu sekarang?"
Kerut alis Barbara kini ditemani senyum. "Jauh lebih baik. Berkat Philip."
Paul melirik ke samping. Ekspresinya kembali sinis. "Dia bukan dokter. Kenapa kau malah membaik karenanya?"
"Aku bisa selamat karena pertolongan dari Philip. Dialah yang membawaku ke rumah sakit, menungguku operasi, dan merawatku semalaman. Aku belum tentu bertahan kalau tidak ada dia."
Paul mengembuskan napas panjang, tetapi sorot matanya masih sama. "Bukankah kau penyebab putriku terluka? Kalau bukan karenamu, Melanie tidak mungkin membawa pisau."
Bibir Philip menciut. Dua tangannya merapat sopan di depan perut. "Maaf, Tuan. Saya sadar saya kurang tegas semalam. Kalau saja saya langsung merebut pisau dari istri Anda, Barbara