"Bibi," Louis muncul dengan gaya hebohnya, "kami bertemu Tuan Morris tadi. Dia bilang, dia datang untuk menawarkan apartemen kepada Bibi dan syaratnya masih sama!"
Emily yang tiba belakangan mengepalkan tangan di depan dada. "Apakah Bibi menerima apartemen itu? Bibi akan tinggal di sana? Bibi akan meninggalkan kami?"
Barbara dan Philip saling lirik. Hati mereka tergelitik oleh reaksi dua balita itu. Diam-diam, mereka bersyukur tidak tertangkap basah.
"Kalian pasti tidak mendengar penjelasan Tuan Morris sampai selesai," celetuk Barbara, membuat alis si Kembar berkerut.
"Ya, kami mau mendengarnya langsung dari Bibi. Bibi tidak akan meninggalkan kami, kan?" Emily membulatkan matanya yang berkaca-kaca.
"Kalau Bibi pindah ke sana, kita hanya bisa bertemu di hari libur saja. Itu sangat menyakitkan." Louis memegang dadanya lalu meringis.
Sembari tertawa, Barbara menghampiri keponakannya. "Kalian setakut itu kehilanganku?"
Si Kembar mengangguk.
"Kami sudah telanjur menyayangi Bibi. Kami