Philip membuntuti Diana. Wanita tua itu terus berjalan menuju beranda depan. Setibanya di dekat tiang, sebelah tangannya mencengkeram dada. Philip cepat-cepat meraih sikunya.
"Nek? Kamu baik-baik saja?"
Diana tersentak. Saat ia menoleh, setetes air mata menggumpal di pelupuknya. Tangannya melambai-lambai, meminta Philip untuk mundur.
"Tolong ... tinggalkan aku sendiri. Aku sedang tidak ingin melihat siapa-siapa." Napasnya terengah-engah.
"Tapi Nenek tidak terlihat sehat. Apakah Nenek sakit?"
Philip mencondongkan kepala, memeriksa Diana lebih saksama. Ia kini yakin bahwa wajah wanita itu lebih merah dari biasanya.
"Nenek masih mengonsumsi obat secara rutin, kan?"
Bibir Diana bergetar semakin hebat. Dulu, ia merasa hangat setiap mendapat perhatian dari cucu asuhannya. Namun kini, dadanya panas. Ia bertambah gerah.
"Jangan sok peduli padaku. Aku tidak butuh perhatian palsumu."
Dengan langkah goyah, Diana menghampiri sebuah kursi. Ia duduk di sana sambil memangku kepala. Philip be