Si Kembar tercengang melihat kuda-kuda yang berlari di hamparan salju. Mata mereka sama sekali tidak berkedip, enggan berpaling dari pemandangan yang berlalu di luar mobil.
"Papa, apakah itu peternakan kuda milik Nenek Diana?" Emily menempelkan ujung telunjuknya pada kaca jendela.
"Ya, Tuan Putri."
Mulut si Kembar terbuka lebih lebar. Binar mata mereka bertambah terang.
"Keren! Kupikir kita akan ke panti asuhan dulu. Ternyata tidak!" Louis semakin bersemangat.
"Ingat, Louis. Kita harus menemui Nenek Diana dulu. Setelah itu, baru kita boleh bermain dengan kuda," tutur Emily dengan bibir mengerucut.
Louis pun mencebik, berpura-pura sedih. Yang lain tertawa melihat tingkahnya.
Setibanya di peternakan, si Kembar turun dengan penuh semangat. Mereka terlihat lucu dengan mantel kuning. Apalagi, tudung yang menutupi kepala membuat wajah mereka semakin bulat.
"Uuuh, dingin." Emily bergidik, lalu merapat pada Louis. Sambil terkikik, ia meniru sang ibu, menggosok-gosokkan tangannya ya