Kedua mata Billy yang berada di luar pintu memerah. Dia menggertakkan giginya dengan kuat.Ternyata selama ini dirinya adalah orang bodoh yang dipermainkan oleh Julia!
Padahal Billy menganggap wanita berhati licik ini sebagai adiknya sendiri, dia malah mencelakai calon istrinya!
Jelas-jelas Siena telah menjelaskan berkali-kali padanya, tetapi Billy malah mengabaikannya. Dia malah menganggap Siena sedang sembarangan menuduh orang lain.
Namun, jelas-jelas Siena-lah yang telah dicelakai.
Dengan berpikir seperti itu, Billy menumbuk kuat pahanya sendiri.
Kenapa? Kenapa waktu itu Billy tidak menenangkan dirinya, lalu mendengar penjelasan Siena dengan baik? Jika waktu itu Billy memercayai Siena meski hanya sekali saja, tidak mungkin Siena akan berbaring koma sekarang!
Rasa marah, benci, dan bersalah membaluti hati Billy. Baru saja dia hendak membuka pintu untuk berseteru langsung dengan Julia dan Xavier, kepala tim pengawal malah segera berjalan ke sisinya, lalu menyerahkan sebuah flashdisk kepadanya.
“Tuan, ini rekaman CCTV Nona Siena saat longsor salju waktu itu. Sekarang kameranya sudah diperbaiki.”
Gerakan Billy untuk mendorong pintu langsung berhenti.
Oh, iya, Billy baru teringat.
Sebelumnya saat mereka pergi bermain ski, demi keselamatan, petugas arena ski sengaja memasang sebuah kamera CCTV berukuran mini di pakaian setiap pemain ski. Dengan begitu, dapat merekam kondisi setiap orang setiap saat.
Hanya saja setelah longsor salju, kamera CCTV Siena kehilangan sinyal. Alhasil, mereka pun tidak berhasil menemukan keberadaannya.
Kemudian setelah menemukan Siena, memori di dalam kamera CCTV rusak. Butuh diperbaiki sebelum bisa membacanya.
Billy kembali ke kamar pasien. Dia membuka rekaman video itu di laptopnya.
Di dalam gambaran hanya terdapat Julia seorang diri. Dia sedang berdiri di sisi Siena, lalu berkata dengan nada tajam dan sadis, “Siena, apa kamu tahu kamu itu sangat mengganggu? Kalau bukan karena kamu, calon istrinya Billy seharusnya adalah aku.”
“Nyawamu sama pendeknya sama orang tuamu. Sudah seharusnya kamu mati sejak awal.”
Berhubung video ini diambil dari sisi orang pertama, jadi tidak bisa terlihat ekspresi Siena.
Namun, Billy dapat mendengar dengan jelas bahwa suara Siena terdengar bergetar karena marah.
“Julia, aku nggak izinkan kamu untuk merendahkan orang tuaku! Mereka itu berbaik hati ingin menyelamatkan nyawa orang lain. Apa kamu berhak untuk mengatakan mereka! Sejak kecil, yang selalu menemani Billy itu aku. Kamulah pihak ketiga yang merusak hubungan kami!”
Baru saja Siena selesai berbicara, tampak beberapa anggota tim di sekitar.
Julia juga melihatnya. Dia menunjukkan senyuman provokasi. “Oh, ya? Orang yang nggak dicintai barulah pihak ketiga. Kak Billy sama sekali nggak cinta sama kamu. Kalau kamu nggak percaya, kamu tunggu saja.”
Usai berbicara, Julia langsung menghantam pergelangan tangannya di batu karang di samping.
Bagian yang terluka langsung membengkak dan menjadi memar. Dia membalikkan tubuhnya, lalu berkata pada anggota tim di belakang dengan menangis, “Apa kalian bisa bantu aku panggil tim penyelamat? Aku bertengkar sama Siena …. Dia … dia dorong aku. Tanganku kebentur batu. Sakit sekali ….”
Usai mendengar, anggota tim bergegas mencari tim penyelamat lainnya, hanya meninggalkan Siena dan Julia di tempat.
Billy masih ingat dengan masalah ini. Waktu itu, dia mendengar laporan dari anggota tim lain. Reaksi pertamanya adalah langsung menyalahkan Siena.
“Apa? Kamu melukai Lia?”
“Apalagi yang bisa kamu lakukan, selain buat masalah!”
Kemudian, saat Billy tiba, longsor salju telah terjadi. Salju lebat menyeret Nana jatuh ke jurang dan menutupi semua jejak.
Billy masih ingat, saat menemukan Julia waktu dulu, dia sempat berpikir untuk menggunakan kamera yang dipasang di tubuh Julia untuk melacak posisi Siena.
Namun Julia mengatakan bahwa Nana sudah pergi ke tempat lain , tidak lagi berdiri di lokasi semula.
Oleh sebab itu, satu-satunya petunjuk terakhir untuk menemukan Siena juga terputus.
Di atas layar, video masih terus berputar. Suara Siena terdengar terisak-isak.
Setiap kali Siena menerima siksaan, merasa marah dan juga sedih, dia akan berbicara dengan nada seperti ini.
Sejak Julia muncul, Billy sering mendengar nada bicara seperti itu.
Siena bertanya dengan nada menyalahkan, “Sebenarnya kenapa kamu mesti terus menentangku? Jelas-jelas aku nggak pernah mencelakaimu! Apa kamu nggak bisa suka sama orang lain? Kenapa kamu mesti rebut Billy dariku!”
Hanya saja, baru saja ucapan Siena dilontarkan, tiba-tiba terdengar seperti suara gemuruh yang semakin mendekat. Disusul, gambaran mulai bergoyang. Kamera berputar. Gelombang salju di atas lereng gunung menggulung ke bawah.
“Longsor salju! Ada longsor salju!”
Siena segera menjerit. Hanya saja, belum sempat dia merespons, tiba-tiba Julia yang berada di samping mengulurkan tangannya untuk mendorong Siena.
Siena yang tidak sempat berwaspada itu jatuh dari atas jurang. Selain terdengar suara embusan angin, juga terdengar suara makian sadis dari Julia.
“Lebih baik kamu mati di sini saja. Biar nggak tambah masalah buat kami. Ada banyak binatang liar di dalam gunung. Kalau kamu bisa membuat kenyang mereka, kamu pun sudah tergolong berbuat baik.”
“Matilah, Siena!”