Maghanap
Library
Home / Romansa / Andai Cinta Datang Lebih Awal / Bab 2

Bab 2

Author: Calandra
Tiga tahun lalu, orang tua Siena meninggal dunia dalam kecelakaan mobil saat menyelamatkan orang tua Billy.

Kerabat-kerabat yang mengincar harta Keluarga Kimnara segera membagikan seluruh aset mereka hingga tidak tersisa.

Kakek Billy, Lukasa Juman, merasa kasihan terhadap Siena. Dia membawa Siena ke Kediaman Keluarga Juman agar dia tidak terlantar di jalanan.

Sang kakek sangat khawatir Siena akan ditindas. Jadi, dia menjodohkan Siena dengan Billy dengan harapan Siena bisa menjadi cucu menantunya. Dengan begitu, mereka berdua pun secara alami menjadi sepasang kekasih.

Namun, Billy terlalu populer. Seluruh orang di ibu kota tahu, tuan muda sulung Keluarga Juman itu tampan dan luar biasa. Wanita yang menyukainya pun sudah berbaris panjang. Dibandingkan dengan mereka semua, keberadaan Siena sama sekali tidak berarti.

Demi mempertahankan Billy, Siena menghalalkan segala cara. Menangis, merengek, dan mencoba bunuh diri adalah makanan sehari-hari. Semua wanita yang mendekati Billy pasti akan diusir Siena dengan segala cara.

Semua orang berkata Siena adalah tukang cemburu yang sangat protektif terhadap suaminya. Sementara itu, demi menunjukkan kekuasaannya, dia pun mengunggah foto bersama mereka di akun sosial media untuk memamerkan kemesraan!

Namun sekarang, ketika dihadapkan dengan omelan Billy, Siena hanya menunduk dan membalas dengan suara ringan, “Aku tahu.”

Billy pun terbengong.

Dengan karakter Siena yang dulu, seharusnya dia akan segera menangis, merengek, menjerit untuk menolak, kemudian dia akan memeluk Billy untuk bermanja-manja demi mendapatkan hati Billy, seperti yang pernah Siena lakukan berkali-kali sebelumnya.

Sekarang akhirnya Siena menuruti kemauan Billy. Dia berubah menjadi patuh dan penurut. Hanya saja, Billy malah merasa ada yang aneh.

“Siena, kamu pikir dengan saksama. Kalau kamu bisa mengakui kesalahanmu, aku ….”

“Aku sudah memikirkannya.”

Siena tersenyum tipis.

Sepertinya selamanya dia tidak akan menjadi tokoh utama wanita dalam pernikahan ini.

Lagi pula, pada enam hari kemudian, Siena akan melupakan semua tentang Billy, termasuk rasa cinta terhadapnya. Dia akan memulai hidup baru di tempat baru.

Ketika para pengawal menggotong Siena ke atas tandu, mereka baru menyadari bahwa kaki Siena terluka parah karena kedinginan. Kulitnya bahkan sudah membusuk.

Entah sudah berapa lama Siena berjalan terseok-seok di tengah salju yang tingginya melewati lutut. Dia tak berani berhenti dan juga tidak boleh berhenti. Sebab, dia tahu, begitu dia berhenti, kawanan serigala di belakangnya akan langsung mengejarnya.

Salju terlalu dalam. Siena tanpa sadar tergelincir. Sebatang ranting tajam menusuk telapak kakinya. Darah segar langsung menyembur keluar, mewarnai hamparan salju di sekitarnya dengan warna merah yang mencolok.

Pada saat itu, Siena sempat berpikir bahwa dia akan kehabisan banyak darah dan mati di gunung bersalju ini.

Ironisnya, kalau saja darah Siena tidak menodai salju yang putih itu, mungkin orang-orang itu juga tidak akan pernah menemukannya.

Luka itu kelihatan mengerikan. Dagingnya sobek dan berlumuran darah. Darah yang mengalir membeku dan menempel pada kulitnya yang membiru dan bengkak.

Setelah Billy melihatnya, dia langsung menunjukkan ekspresi panik. “Dokter, apa lukanya serius? Apa bisa sembuh total?”

Dokter yang ikut serta dalam perjalanan kali ini menunjukkan raut serbasalah. “Nggak jelas. Sekarang aku hanya bisa duluan melakukan pembersihan pada lukanya. Mengenai yang lagi, cuma bisa diperiksa di rumah sakit.”

“Siena, apa kamu kesakitan ….” Pada akhirnya, Billy tidak bisa menahan dirinya lagi. Ketika melihat jari tangan Siena kedinginan hingga memerah, dia hendak mengulurkan tangannya untuk menghangatkan tangan Siena.

Hanya saja, tiba-tiba Julia yang berada di samping Billy tiba-tiba berdeham ringan. Rasa sakit menderita terlihat di atas wajahnya. “Stt, tanganku ….”

Billy segera melepaskan tangannya, lalu memalingkan kepalanya pergi memeluk Julia ke dalam pelukannya dengan gugup. “Lia, gimana kondisimu?”

Mata Julia memerah. Ujung matanya juga terlihat agak basah. “Aku nggak kenapa-napa, hanya saja lenganku terasa sakit karena tertiup angin. Kamu pergi lihat Siena dulu, dia ….”

Billy menatap Julia dengan tidak berdaya. “Kalau tahu akan seperti ini, seharusnya aku suruh kamu memulihkan lukamu di rumah sakit. Dasar kamu ini, padahal kamu belum sembuh total, kamu malah sibuk khawatirin orang lain. Gimana nasibmu tanpaku?”

Sambil berbicara, tangan Billy dengan lembut memijat bagian yang sebelumnya patah dan terluka.

Meski kata-katanya terdengar seperti menyalahkan, nada suaranya justru penuh kelembutan. Dia sama sekali tidak melirik Siena lagi. Dia langsung menggendong Julia naik ke helikopter tanpa ragu sama sekali.

Sementara, Siena terdorong olehnya hingga tubuhnya terhuyung dan nyaris jatuh. Telapak tangannya sempat tergesek di tanah, meninggalkan beberapa goresan berdarah.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App