Share

Bab 3

Author: Calandra
Setelah dengan tidak gampangnya tiba di rumah sakit terdekat, dokter pun menyampaikan kabar dengan wajah berat setelah melakukan pemeriksaan.

Luka di kaki Siena sangat parah. Satu-satunya cara sekarang adalah amputasi, harus memotong bagian yang sudah busuk.

Jika luka meradang dan bernanah itu terus dibiarkan, bisa jadi satu kakinya tidak bisa dipertahankan lagi.

Bukan hanya itu saja, kondisi kelaparan parah telah merusak saluran pencernaannya. Jika ingin memulihkannya secara menyeluruh, mungkin akan membutuhkan waktu setidaknya 10-20 tahun.

Mendengar hal itu, Billy merasa bagai dihantam palu besar saja. Dia terbengong beberapa saat baru akhirnya tersadar. Kemudian, dia menendang kursi hingga terjatuh dengan amarah tinggi. “Mana mungkin? Mana mungkin sedikit luka luar seperti itu malah diamputasi! Dasar dokter nggak berguna! Kamu jangan omong kosong di sini!”

Julia segera menghalanginya. “Kak Billy, kamu jangan panik. Mungkin keterampilan dokter di tempat kecil seperti ini kurang memadai. Nanti kita bawa dia kembali ke ibu kota, pasti ada caranya! Kakakku itu ahli bedah yang sangat unggul. Gimana kalau diobati dia saja? Kalau nggak bisa, kita bisa cari spesialis di luar negeri.”

Saat ini, Billy baru menyimpan amarahnya. Hanya tersisa sedikit rasa gelisah di dalam matanya.

“Iya, iya, biarkan kakakmu saja yang mengobatinya,” ucap Billy sembari mengepal tangannya dengan gelisah. “Carikan dokter terbaik. Pasti bisa disembuhkan.”

Oleh sebab itu, mereka buru-buru membawa Siena kembali ke ibu kota.

Dokter yang menangani Siena adalah kakaknya Julia, Xavier Luandi. Dia adalah spesialis bedah terbaik di rumah sakit ibu kota.

Setelah Xavier melihat luka Siena, dia pun berkata kepada Billy dengan singkat, “Nggak ada yang serius. Luka Siena hanya luka luar saja. Dia hanya perlu istirahat selama beberapa waktu. Lukanya akan membaik. Mengenai masalah organ dalam tubuhnya, semua itu juga bukan masalah. Dia hanya sedikit kekurangan gizi saja. Menurutku, semua ini hanyalah intrik Siena saja untuk mendapat rasa kasihan darimu.”

Setelah mendengar ucapan itu, Billy menatap Xavier dengan sedikit ragu. Bagaimanapun, cedera Siena sangat mengerikan. Dia sendiri juga sudah melihatnya. Apa benar Siena baik-baik saja?

Julia segera merangkul lengan Billy, lalu berkata dengan nada manja, “Kak Billy, kamu nggak usah khawatir. Teknik pengobatan kakakku nggak usah diragukan lagi.”

Xavier menatap Billy dengan ekspresi tidak puas. “Aku nggak salahkan kamu! Bukannya kamu bilang kamu akan menjaga Lia dengan baik? Kenapa tangannya malah terluka? Bahkan masih belum sembuh sampai sekarang? Daripada kamu mencemaskan Siena yang kerjaannya mencelakai orang saja, lebih baik kamu mencemaskan Lia.”

“Tangannya itu akan menjadi tangan seniman. Kalau terjadi sesuatu, aku pasti akan salahin kamu!”

Julia tersenyum bersahabat. “Kak, jangan bicara lagi. Siena pasti bukan sengaja ingin melukai tanganku. Dia hanya kehilangan akalnya sesaat, makanya dia baru melakukan hal seperti ini.”

“Lagi pula ….” Julia menatap Billy sembari menunjukkan senyuman lara dan juga tegar. “Meskipun kelak aku nggak bisa melukis lagi … asalkan ada Kak Billy yang menemaniku, aku pasti akan merasa sangat puas.”

“Mana mungkin?” Perhatian Billy benar-benar teralihkan. Dia langsung menggenggam tangan Julia. “Lia, kamu tenang saja. Aku pasti akan membuatmu kembali memegang kuas!”

Sandiwara kedua saudara itu telah membuat Billy sepenuhnya melupakan masalah Siena.

Siena juga sudah terbiasa dengan mereka yang memutarbalikkan fakta.

Saat kejadian longsor salju seminggu lalu, sebenarnya Siena sudah berhasil untuk menghindar. Hanya saja, dia malah didorong Julia ke bawah gunung. Lantaran bertengkar, kedua lengan Julia mengalami dislokasi, sedangkan Siena jatuh ke dasar gunung.

Saat jatuh, tubuh Siena menghantam batu karang dengan kuat. Semua sendi di tubuhnya seakan-akan bergeser dari tempatnya. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya tidak bisa bergerak, bahkan tidak sanggup mengeluarkan suara.

Ketika Siena jatuh dari ketinggian, dia mendengar kutukan kejam dari Julia.

“Lebih baik kamu mati di sini saja. Biar nggak repotin orang-orang. Ada banyak binatang buas di dalam gunung ini. Bisa memberi mereka makan, juga termasuk sebagai perbuatan baikmu.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 21

    Beberapa bulan kemudian, Siena dan Jordy bertunangan.Setelah Billy pergi hari itu, Siena langsung membawa Jordy ke klinik dengan khawatir dan marah.“Lihat lukamu ini ....” Siena mengoleskan obat di luka Jordy dengan hati-hati sambil mengomel, “Kenapa kamu begitu gegabah? Kan sayang banget kalau wajah setampan ini terluka.”Jordy pun tersenyum dan menaruh dagunya ke telapak tangan Siena. “Karena bisa buat kamu kasihan sama aku, nggak sia-sia juga aku dipukul.”Wajah Siena seketika memerah. Dia pun memelototi Jordy dan menegur, “Jangan gombal kamu!”Namun, Siena tetap menunjukkan tampang khawatir. “Lain kali, jangan begini lagi. Aku benar-benar sedih melihatmu terluka.”“Oke.” Jordy mengangguk, lalu menjamin dengan serius, “Aku bersumpah, kelak, aku nggak akan buat Siena Kimnara khawatir lagi.”Pada awal musim panas, Siena dan Jordy mengadakan resepsi pernikahan. Diiringi dengan bunga yang bertebaran di udara, juga restu hangat dan tepuk tangan meriah dari sanak saudara serta teman deka

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 20

    Berhubung Billy mencurahkan semua perhatiannya dalam perihal Siena, dia sudah tidak muncul di Grup Juman beberapa hari. Begitu mendengar kabar ini, Leo sangat marah. Dia segera memberi perintah untuk membawa pulang putranya yang tidak berguna itu.Ketika Billy dibawa pulang ke rumah, dia langsung melihat orang tuanya yang duduk di sofa ruang tamu dalam diam. Setelah melihatnya, Leo segera berseru, “Kemari!”Plak!Billy berjalan ke hadapan Leo tanpa ekspresi. Yang menyambutnya adalah sebuah tamparan yang kuat. Tamparan itu membuat kepalanya terentak ke samping dan dia juga memuntahkan sedikit darah.Melihat hal ini, Ariana segera menarik putranya ke samping.“Kalau mau ngomong, ngomong baik-baik. Ngapain kamu main tangan!”Sembari mencela suaminya, Ariana pun memeriksa keadaan Billy. Begitu melihat keadaan putranya, dia sontak terkejut.“Coba kulihat .... Kamu kenapa?” Ariana berseru terkejut, “Billy, kenapa kamu terluka separah ini? Siapa yang menghajarmu?”Ariana tentu saja tidak teri

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 19

    Dalam sekejap, tatapan Billy langsung dipenuhi dengan kesedihan dan ketidakrelaan, seolah-olah hatinya akan hancur.“Kamu benar-benar nggak merasakan apa pun?” Billy menarik pergelangan tangan Siena dengan kuat dan lanjut bertanya dengan tidak rela, “Kamu benar-benar sudah lupakan semua kenangan di antara kita?”Sikap Billy ini sontak membuat Siena terkejut. Dia pun menggeleng secara refleks.Tatapan Billy perlahan-lahan berubah menjadi tatapan penuh kesedihan yang bercampur amarah. Dia juga bersikap makin histeris.“Kamu juga nggak ingat kejadian longsor salju lagi?” Demi mengembalikan ingatan Siena, Billy bahkan mengungkapkan semua kenangan yang buruk.“Gimana dengan Julia yang membuatmu jatuh ke jurang dan hampir membuat kedua kakimu diamputasi? Kamu juga sudah lupa sama semua itu?”“Apa?” Siena mengernyit sambil meronta dan mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Billy.“Demi celakai kamu, Julia mendorongmu dari gunung bersalju dan membuatmu terkurung di resor ski selama tujuh har

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 18

    Tidak lama setelah kejadian itu, Siena menerima pesan dari Billy.[ Nana, boleh nggak kita ketemu sekali? Aku tahu sikapku dulu sangat keterlaluan. Aku nggak seharusnya bersikap seperti itu terhadapmu .... ][ Tapi, aku sudah sadari kesalahanku. Aku mohon, kasih aku satu kesempatan lagi, ya? ]Setelah membaca serentetan pesan itu, selain merasa bingung, Sienna merasakan seperti ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Meskipun dia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang Billy, entah kenapa dia merasa bahwa dirinya sepertinya mengenal pria itu dulunya.Siena teringat bahwa ada sebuah memori yang dilupakannya. Sekarang, firasat itu pun menjadi makin kuat. Bagaimanapun juga, dia harus menemui Billy untuk mencari tahu kebenarannya.Setelah berpikir seperti itu, Siena membalas pesan Billy.[ Baiklah. Mari kita bertemu. ]“Ada apa?” Melihat Siena yang bersiap-siap untuk keluar, Jordy bertanya, “Kamu mau ke mana? Perlu kuantar?”“Nggak usah repot-repot. Aku mau ... pergi temui seseorang,

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 17

    Hari ini, Siena sengaja berdandan cantik. Tahun yang baru akan segera dimulai. Jordy sengaja mengajak Siena pergi menonton di malam Tahun Baru. Dia tentu saja memahami maksud Jordy. Dia juga memiliki kesan baik terhadap pria yang berkarakter lembut dan baik itu.Setiap kali Siena menghabiskan waktu dengan Jordy, dia selalu merasa rileks dan gembira. Sejak orang tuanya meninggal, sudah lama dia tidak merasakan perasaan memiliki seseorang yang dapat diandalkan.Menjelang malam, lampu-lampu neon di jalanan mulai menyala. Segala penjuru dihiasi lampu hias dan suasananya terasa sangat meriah. Sesekali, ada pasangan yang berjalan melewati keramaian sambil bergandengan tangan.Untuk menyesuaikan diri dengan suasana, Siena sengaja memilih gaun panjang berwarna merah marun dan memadukannya dengan mantel wol. Dia terlihat manis, imut, tetapi juga anggun.Rintik-rintik salju turun dari langit dan beterbangan di jalan. Siena tanpa sadar mengulurkan tangan untuk menangkapnya. Tiba-tiba sebuah sosok

  • Andai Cinta Datang Lebih Awal   Bab 16

    Siena menemukan pekerjaan di sebuah toko bunga dekat rumahnya. Meskipun gajinya tidak tinggi, dia sangat menyukai pekerjaan itu. Membagikan hal-hal indah kepada orang lain membuatnya sangat gembira. Selama bekerja di sini, dia juga mengenal banyak teman baru.“Pagi, Kak Tanya!” Siena berjalan masuk ke toko bunga sambil tersenyum. Pemilik toko bunga bernama Tanya itu segera menyodorkan sepiring pangsit yang masih hangat ke hadapan Siena. “Ayo cicip. Aku sendiri yang membuatnya hari ini!”Setelah menyelesaikan semua persiapan kerja, Siena menerima sebuah pesanan pengantaran. Hal yang mengejutkannya adalah, alamat pengantaran itu berada tepat di samping rumahnya. Dia pun membawa sebuket bunga lili itu ke rumah pelanggan dan menekan bel.“Maaf, tunggu sebentar!”Terdengar suara jernih pria dari balik pintu. Ketika pintu dibuka, seorang pemuda yang tampan menerima sebuket bunga itu dari Siena. “Terima kasih .... Eh? Kok kamu yang datang?”Pemuda itu tidak sempat menyelesaikan kalimat awalny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status