Pagi itu datang dengan kabar gembira — atau setidaknya, awalnya terdengar seperti itu.
Sebuah email resmi masuk ke alamat Nara, dengan kop surat dari panitia “Konferensi Kreativitas Anak Nasional.”
Isi pesannya lugas dan penuh pujian:
> “Dengan bangga kami mengundang Alana Ayuningtyas Raydan untuk menjadi salah satu pembicara termuda dalam sesi utama kami bertema:
‘Suara Anak Indonesia: Imajinasi untuk Masa Depan.’”
Nara membacanya berulang kali, lalu memanggil Raydan. Mereka berdua memandang layar laptop dalam diam yang hangat — sejenis keheningan yang hanya muncul saat harapan yang lama dijaga tiba-tiba tumbuh bunga.
---
Sore harinya, mereka menyampaikan kabar itu pada Alana.
Gadis itu tersenyum lebar, matanya membulat, tangannya menutup mulutnya seperti tak percaya.
“Beneran, Ma? Aku diundang? Buat bicara?” suaranya nyaris bergetar.
Nara memeluk putrinya erat.
“Beneran, sayang. Dunia akhirnya melihatmu.”
Alana memejamkan mata.
> “Akhirnya,” bisiknya. “Akhirnya ada yang bilang aku b