Arsya nyaris kehilangan akal hanya dengan membayangkan dirinya menyaksikan bagian bawah tubuhnya memasuki mulut Indah. Tapi mendadak ia tersadar.
“In … maaf kalau kamu keberatan, kamu nggak perlu….”
“Kenapa aku keberatan?” tanya Indah lagi.
Dengan akal sehatnya sebagai seorang pimpinan perusahaan yang mempertimbangkan satu hal dalam berbagai sudut pandang, Arsya merasa perlu menjelaskan bahwa ia tidak memaksa Indah melakukan hal itu sebagai suatu kewajiban sebelum mereka bercinta yang sesungguhnya. Ia ingin menegaskan bahwa ia tidak bermaksud melakukan hal kotor yang diinginkannya dari seorang wanita yang mana wanita itu istrinya. Ia tidak mau dianggap berlebihan malam itu.
“Esensi malam ini sebenarnya Abang mau kita ngobrol sama-sama. Dan bercinta tentu aja. Tapi tidak perlu terlalu berlebihan kalau kamu nggak mau. Cukup kamu disamp–” Arsya kemudian mengumpat lirih saat matanya mendadak memejam. Indah sudah menenggelamkan bagian tubuhnya di bawah sana.
Ciuman Indah saat itu tela