Hanya melalui kata tanpa basa-basi dan keraguan, seluruh darah yang mengalir di tubuh Indah seolah membara kuat dan menguasai.
Kali ini Asya mengambil kendali. Sudah cukup sejak tadi ia memenuhi keinginan Indah untuk mengeksplorasi seluruh tubuhnya. Sedikit menegakkan tubuh Arsya menyelipkan tangannya di bawah lengan Indah untuk membawa wanita itu berbaring ke ranjang.
Saat membaringkan Indah, bibirnya sempat menggesek puncak dadanya yang mengetat. Ia menyempatkan diri untuk membasahi bagian itu dengan kecupan bergantian. Kanan dan kiri. Membuat Indah menegang sepersekian detik karena tak menyangka bahwa puncak dadanya menjadi tempat pertama persinggahan lidah Arsya.
“Abang,” desah Indah.
Tangan Arsya beralih ke pundak Indah yang telanjang dan memandang dengan sorot mata sayu.
“Sekarang Indah yang harus ikuti apa yang Abang mau,” ucap Arsya.
Dari tempatnya berbaring, Arsya yang duduk di sampingnya terlihat seperti sosok malaikat tampan baginya. Malaikat yang sudah menyelamatkan