“Kenapa nggak aktif juga sih…”
Keya meletakkan ponselnya dengan kesal. Tangannya gemetar menahan emosi yang sudah terlalu lama dia kubur. Sudah dua puluh kali dia mencoba menghubungi Nabil sejak kapan hari, tapi tidak ada satu pun panggilannya yang berhasil tersambung. Hanya nada sambung dan kemudian mati.
“Kenapa sekarang kamu malah ngilang, Bil?” bisiknya pelan, matanya mengarah pada guling di sebelahnya yang entah kenapa hari ini terasa dingin dan sepi. Dia menatap layar ponselnya lagi, jari-jarinya kembali mengetik.
Aku cuma mau bilang, cerita sesuatu. dan aku yakin kamu nggak akan tega ninggalin anakmu. Tolong angkat, Bil.
Pesan itu dikirim. Centang satu. Masih.
Keya menarik napas. Ruangan itu sunyi kecuali suara detik jam dinding dan sayup suara azan dari musala kecil dekat rumah. Sheryn sudah tertidur di boksnya, napasnya tenang, sesekali jemarinya bergerak-gerak dalam mimpi. Keya mendekat dan membelai rambut bayinya perlahan.
“Sheryn… ayah kamu kenapa, ya?” bisiknya pela