"Adik Sheryn!"Teriakan Surya menggema dari halaman depan, disambut gelak tawa para ibu yang sedang duduk santai di beranda rumah Haji Darman. Bocah laki-laki itu berlari masuk dengan rambut rapi, keluar dari mobil putih yang baru saja berhenti di depan rumah."Assalamu'alaikum!" suara nyaring Shanti terdengar saat ia membuka pintu mobil, dan menatap Ibu bapaknya juga tetangga yang kebetulan ada di sana sedang menimang Sheryn dan mencandainya.Shanti menggendong anaknya yang masih balita juga, Satya. Baju copel—seragam khas ibu-ibu dan keluarga dengan motif bunga merah dan garis pita kecil di dada—membuatnya tampak lebih mencolok dari biasanya."Wa'alaikumussalam! Ya Allah, Shanti datang!" seru Bu Aisyah sambil berdiri dari kursi rotan, lalu menyambut cucu lelakinyanya itu dengan pelukan hangat."Tuh, lengkap cucu-cucunya, Mi," seru tetangga mereka. "Sheryn yang paling cantik," gurau yang lainnya dengan mencium bayi yang kini ditimang seorang tetangga,"Iya perempuan sendiri," kekh y
Semalam di rumah Liam.Tidak ada keramaian. Tidak ada tamu dari jauh. Tidak ada panggung pelaminan, musik, atau tenda-tenda besar.Pernikahan Liam dan Dania malam itu hanya berlangsung di ruang tamu rumah peninggalan almarhum Thoriq, ayah Liam. Permintaan itu datang dari Bu Maryam sendiri, yang semakin lemah dari hari ke hari. Ia hanya ingin semua berlangsung tanpa hingar-bingar. “Cukup keluarga inti saja,” katanya lirih saat menyampaikan permintaan itu.Tapi semua orang tahu, alasannya lebih dari sekadar sakit dan kesederhanaan.Bu Maryam tidak ingin menyakiti hati perempuan yang sudah lebih dulu menjadi menantunya. Perempuan yang dulu ia anggap bukan siapa-siapa dalam kehidupan keluarga mereka, namun seiring berjalannaya waktu, ternyata dialah yang begitu sabar emngurusnya, menyuapi dan menyekonya yang saat ini hanya bisa tergolek di ranjang.Perempuan itu adalah Keya.Di ruang tamu yang sepi itu, Liam duduk bersila, mengenakan jas hitam dan peci yang sedikit miring. Wajahnya tegang
Akhirnya hari yang dinanti Dania itu tiba. Pernikahan mewah dengan menghadirkan WO yang kini lagi naik daun di daerahnya.Wajah Dania nampak begitu cantik dengan dandanan dari adat Jawa untuk prosesi pernikahannya, sampai ke gaun modern yang mengembang bagus dengan tubuh Dania yang nampak proporsional.Semua tamu undangan berdecak kagum dengan keserasian pasangan itu. Evind, adik Dania yang juga teman Nabil saat di ITS, mengabadikan semuanya dan menggugahnya di medsos Dania seperti yang dipesankan kakaknya itu.Dania memang paling suka mengexpos dirinya di medsos, mulai dari Facebook, IG, sampai TikTok."Jadi juga kamu nikah dengan Dania, Liam," kata Rifki berbisik saat foto bersama."Daripada dianggurin, Rif," kata Liam menyindir sikap Keya yang makin menjauhinya."Emang menurutmu akan baik-baik saja mengingat dia kamu duakan?""Biasanya juga ghak perduli dengan perasaanku. Yang ada di otaknya hanya Nabil, Nabil.""Eh, kamu kok sekarang jadi ghak bijak begini?" sindir Rifki."Aku sud
Suasana asrama taruna malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Hanya suara jangkrik dan tiupan angin yang terdengar dari celah jendela. Lampu lorong redup menyinari barak tempat Nabil biasa tidur. Namun, malam itu, ranjangnya kosong.Rere berjalan pelan menyusuri lorong menuju ruang piket taruna. Beberapa taruna berjaga dengan sikap siaga. Ia memberanikan diri bertanya pada Satria, taruna senior yang dikenal tegas tapi cukup dekat dengannya."Kak, Nabil kenapa nggak kelihatan dua hari ini? Katanya dia kena skors?" tanya Rere dengan suara pelan.Satria menatap Rere sebentar, lalu menarik napas panjang. "Dia kena pelanggaran berat, Re. Ketahuan keluar kompleks malam-malam. Tanpa izin pasti seperti kapan duluh.""Kapan duluh?""Iya, biasa lah urusan perempuan sampai dia dijemput kakaknya.""Memangnya ada urusan apa?""Informasi itu ditutup rapat. Dengar aja seperti itu dari teman satu kamar dia.""Dan sekarang, bisa-bisanya dia berulah lagi.""Keluar? Maksudnya kabur dari asrama?" Rer
“Kenapa nggak aktif juga sih…” Keya meletakkan ponselnya dengan kesal. Tangannya gemetar menahan emosi yang sudah terlalu lama dia kubur. Sudah dua puluh kali dia mencoba menghubungi Nabil sejak kapan hari, tapi tidak ada satu pun panggilannya yang berhasil tersambung. Hanya nada sambung dan kemudian mati. “Kenapa sekarang kamu malah ngilang, Bil?” bisiknya pelan, matanya mengarah pada guling di sebelahnya yang entah kenapa hari ini terasa dingin dan sepi. Dia menatap layar ponselnya lagi, jari-jarinya kembali mengetik. Aku cuma mau bilang, cerita sesuatu. dan aku yakin kamu nggak akan tega ninggalin anakmu. Tolong angkat, Bil. Pesan itu dikirim. Centang satu. Masih. Keya menarik napas. Ruangan itu sunyi kecuali suara detik jam dinding dan sayup suara azan dari musala kecil dekat rumah. Sheryn sudah tertidur di boksnya, napasnya tenang, sesekali jemarinya bergerak-gerak dalam mimpi. Keya mendekat dan membelai rambut bayinya perlahan. “Sheryn… ayah kamu kenapa, ya?” bisiknya pela
"Key,..." terdengar Maryam memanggil dari kamarnya yang tepat di belakang mereka bicara."Iya, Bu.""Bisa ambilkan minum? Ibu haus sekali. Tadi kok di sini, saat Ibu cari kok nggak ada.""Ini, Bu." Keya mengambil botol air mineral ukuran kecil dengan diberi sedotan agar kalau saat haus, Maryam bisa langsung minum.Neina yang membuntuti Keya terlihat prihatin. Anaknya yang dikira hidup bahagia, ternyata di sini malah seperti pembantu yang merawat mertuanya sementara suaminya mau bersenang-senang dengan menikah lagi.Neina menarik tangan putrinya keluar, sementara Liam telah pergi setelah mengucapkan kata-katanya ke Dania."Bagaimana kamu bisa menyebabkan semua ini menjadi rumit?" sergah Liam ke Dania."Kamu sendiri yang juga mengiyakan dengan senang. Kenapa sekarang marah padaku?" Liam memang tak menyadari keberadaan maminya Keya. Dia hanya ingin membuat Keya cemburu dengan berkata manis kepada Dania."Kenapa sih, Mi?" tanya Keya dengan mengibaskan tangannya dari cekalan maminya."Mint