suara langkah riven menggema di terowongan batu sempit yang dingin dan basah. udara terasa berat, seakan setiap helaan napas mengandung serpihan debu masa lalu yang dikubur paksa. dinding-dindingnya dipenuhi ukiran kuno—bukan hanya simbol, tapi potongan kisah. kisah tentang darah, pengkhianatan, dan kehancuran.
ia mencoba menenangkan dirinya, tapi bayangan kaela tetap menghantui. suara ledakan dari belakang lorong terus terngiang di telinganya.
> "gue bakal nyusul lo..."
kata-kata itu terasa hampa sekarang. dia tahu, tidak ada jaminan kaela bisa keluar hidup-hidup. tapi dia juga tahu... dia harus percaya.
“lo kuat, kae,” bisiknya sambil mempercepat langkah. “gue bakal selesain ini, buat lo.”
terowongan mulai menyempit, membuatnya harus membungkuk. bau logam memenuhi udara, dan ketika riven menyentuh dindingnya, ia tersentak—dinding itu basah oleh darah.
“apa...”
ia menatap sekeliling. dinding di sekitarnya mulai berubah. dari batu biasa menjadi sejenis jaringan... seperti daging.
dan