"Apa yang kamu inginkan lagi, Vania? Aku sudah berusaha menjadi teman yang baik dan menganggapmu sudah berubah. Tapi, apa balasanmu?"
Aku duduk berhadapan dengan Vania di sebuah restoran dekat rumah. Karena mama tidak mengizinkanku jauh-jauh. Mama juga menungguku di mobil.
"Aku minta izin sama kamu buat ...." Dia terlalu bertele-tele. Sekarang juga sudah lepas hijab lagi. Sangat disayangkan. Bagaimana Revan tidak murka kalau dia sudah berusaha jadi suami yang baik tapi istrinya sendiri yang jadi ujiannya lagi.
"Kenapa berhenti? Lanjutkan saja!" kataku lagi.
"Tapi kamu jangan marah, ya. Aku hanya minta izin dan minta belas kasihan darimu saja." Aku makin malas sampai di sini.
Dia terlalu basa-basi. "Aku mau kamu izinkan Juna buat nikahin aku. Aku hanya punya dia."
"Punya dia? Memangnya dia mau sama kamu? Kepedean banget kamu, Vania. Aku kira kamu bisa jadi teman yang baik. Tapi nyatanya malah begini. Dia suamiku. Dan sampai kapan pun dia akan tetap beristri 1."
"Tapi enggak ada la