"Kamu mau berangkat kerja?" tanya Gendhis masih enggan membuka mata.
Pagi sudah menjelang, setelah mengobrol panjang lebar semalaman dan bercinta 2 ronde lagi setelahnya, Gendhis lelap tidur di pelukan Rai. Kini, ia terbangun oleh kilau sinar matahari yang menyusup di sela-sela tirai jendela, pun juga aroma maskulin Rai yang menguar di sebelahnya.
"Aku ada praktik poli di rumah sakit daerah, jam 8 harus udah standby," balas Rai. Ia lalu duduk di sisi ranjang, mengusap rambut berantakan Gendhis yang berusaha dirapikan pemiliknya. "Aku udah memperpanjang reservasi kamar ini, Bang Ardi juga udah kuminta ngirim baju ganti," katanya.
"Reservasi Mas Surya ke Mami cuma sampai siang ini, Rai."
"Itu udah kuurus, kamu boleh balik ke rumah bordil itu besok pagi. Semoga urusanku sama germo-mu itu juga bisa selesai secepatnya."
"Urusan apa?" Gendhis spontan bangun dari posisi tidurnya.
"Membebaskanmu."
"Maksudnya?"
Senyum Rai terkembang, ia kecup kening Gendhis sesaat, "Berapa kali harus kubi