Chapter: 200. Pantaskah di Sisimu?"Ane-san?" Ben tampak heran saat melihat Gendhis mengekor Rai dan duduk begitu saja di sofa panjang tanpa bicara. "Aku nggak bisa ninggalin dia di rumah, ada utusan dari Mario yang masih kami tahan di sana, Ben-Sama," lapor Rai melirik istrinya. "Tapi dia nggak bisa ikut obrolan kita, Ketua!" tegas Benji. "Aku Ane-san kan Bang?" sergah Gendhis. "Aku setara sama Ketua, bukannya gitu?" tanyanya seolah menegaskan posisinya. "Ndhis," Bastian mendekat, ia duduk di sebelah Gendhis dan mengusap kepalanya. "Liat Ann di kamar atas aja ya, dia lagi nyulam," pintanya."Masalah ini jadi gede karena penyebabnya aku, Bang," desis Gendhis. "Sebagai alasan utama kenapa timbul kehebohan yang luar biasa ini, bukannya aku harus bertanggungjawab?" ucap Gendhis ngeyel."Bertanggungjawablah dengan tetep hidup dan ada di sisi Ketua apapun yang terjadi, dampingi dia dan jangan bertindak gegabah," sambar Ben. "Kita adalah tim, Ane-san!" "Aku bagian dari tim? Iya?" balas Gendhis melebarkan matanya. "Pake
Last Updated: 2025-06-17
Chapter: 199. Badai Yang Luar Biasa Kencang"Mario kirim orang, dia pengin ketemu," lapor Ardi saat Rai dan Gendhis melangkahkan kaki ke dalam ruang tamu. "Orang kirimannya masih ada?" tanya Rai menoleh pelan, menjaga agar Gendhis tetap percaya semua akan berjalan baik-baik saja. "Masih, ditahan sama Jimmy dan Gio," jawab Ardi. "Benji sama Bas lagi perjalanan ke rumah besar. Ketua diminta ke sana juga. Gimana? Mau temuin Mario dulu atau kita ke rumah besar dulu?" tanyanya. "Ke rumah besar dulu," putus Rai tanpa ragu. "Bilang ke orangnya Mario, nanti bakalan kasih kabar, tapi nggak bisa sekarang. Kalau ngeyel, bunuh aja!" perintahnya tanpa ragu. Kalimat terakhir Rai pada Ardi barusan membuat Gendhis reflek mendongak, menatap tajam pada ekspresi wajah sang suami yang berubah sangat dingin dan angker. Ini kali pertama Gendhis melihat ekspresi mengerikan dari Rai yang demikian. "Kamu serius?" tanya Gendhis menahan dada suaminya agar menghentikan langkahnya. "Apa?" tanya Rai balik, matanya berkedip dalan frekuensi yang cukup
Last Updated: 2025-06-17
Chapter: 198. Setenang Lautan"Nggak akan terjadi yang begitu, Ane-san," balas Ardi langsung menolak permintaan Gendhis. "Tugas gue adalah melindungi lo dari Mario, jadi kalau lo minta gue buat bikin lo bisa ketemu sama Mario, jawabannya adalah, ENGGAK!" tegasnya. "Terus kamu minta aku diem aja Bang? Dengan situasi kayak gini? Rai diserang karena dia nikahin aku, dia jadi suamiku, makanya Mario segila ini menekan Rai," gumam Gendhis. "Gila! Aku nggak bisa ngebiarin Rai menghadapi situasi begini sendirian tanpa berbuat apa-apa," keluhnya. "Dampingi Ketua dan jangan pernah pergi dari sisinya," ucap Axel memberi nasihat. "Kurasa itu adalah sikap yang paling tepat, Ane-san," tandasnya.Gendhis tak menanggapi, ia boleh saja bersikap dan berlagak sok kuat di depan Kiara, tapi menahan sesak seorang diri karena kekhawatiran yang bergejolak di dirinya pasti sangat berat. Rai memang ketua klan, tapi masalah yang terjadi adalah karena Mario menginginkan Gendhis ada di sisinya. "Ninggalin aku dan pergi nemuin Mario di saat
Last Updated: 2025-06-17
Chapter: 197. Langkah Pertama Ane-sanMengabaikan Kiara yang berusaha mengejarnya, Gendhis bergegas menyusul Rai ke ruang praktik poli. Ia menemui Suster Tiwi lebih dulu, menunggu dengan sabar satu pasien yang masih berkonsultasi dengan Rai. Rasa khawatir benar-benar membuncahi dadanya, ia takut Rai diserang oleh para pasien dan bahkan ditinggalkan oleh mereka yang sudah sering berkonsultasi dengan sang suami. "Ke sini mau nambahin bikin malu Bang Christ?" tanya Kiara masih mengejar Gendhis, sepertinya sengaja memancing keributan. "Bang," Gendhis melirik Axel dan Ardi yang mengawalnya. "Tolong dong, berisik ih, ganggu pasiennya Ketua," pintanya. Mendapat kode keras dari Gendhis, Axel mendekati Kiara, tanpa berucap apa-apa. Begitu saja, Kiara sudah panik, ia memundurkan langkah, berusaha menghindari Axel tapi justru membuat tubuhnya terhuyung dan hampir terjatuh. "Gue nggak mau bikin malu Rai dengan balas nyerang lo di depan orang banyak," kata Gendhis mendekat pada Kiara. "Lo udah bukan level gue lagi sekarang!" tegas
Last Updated: 2025-06-16
Chapter: 196. Badai Datang Lagi"Bang!" Kiara tiba-tiba masuk ke ruang praktik poli Rai tanpa permisi, ia tidak mengindahkan seorang pasien yang masih mengobrol dengan Rai. "Dokter Kiara, sebentar, saya masih ada pasien," tandas Rai melirik tajam, kesal juga pada Kiara yang bersikap seenaknya. "Penting Bang," desis Kiara tak sabar. "Pasien adalah prioritas saya, Dokter Kiara," gumam Rai. Ia gerakkan kepalanya ke arah sang pasien yang melongo bingung. "Oke, tapi abis ini, aku perlu ngobrol sebentar ya Bang," pinta Kiara. Rai hanya mengangguk tanpa suara, memberi tanggapan sekenanya agar Kiara berhenti mengganggu pasiennya. Setelah mendapat umpan balik yang diharapkannya, akhirnya Kiara keluar dari dalam ruangan, menunggu di kursi panjang bersama pasien Rai yang lain, tak sabar. Kedatangan Kiara mencari Rai bukan tanpa alasan. Seperti yang sudah Rai prediksi, Mario benar-benar bertindak. Kepala rumah sakit tentunya dilema karena seperti yang banyak orang tahu, sebagian besar saham rumah sakit adalah milik kelua
Last Updated: 2025-06-16
Chapter: 195. Aku Nggak Menyerah"Aku masak bekal, bebas udang kok, tenang aja," sambut Gendhis di hari lain, saat Rai siap berangkat kerja untuk praktik poli pagi. "Apa menu bekal pertamaku, Ane-san?" balas Rai dengan mata berbinar, antusias sekali ekspresinya."Nasi daun jeruk, capcay sayur, sama ayam kecap, nggak pa-pa segitu aja?" "Enak nih," gumam Rai penuh semangat. "Terus sarapannya apa, Istri?" tanyanya manja. "Ada nasi putih biasa, ayam karage saus barbeque, sama tumis wortel kentang," sebut Gendhis. "Aku nyontek resepnya di aplikasi, abis nggak pernah masak," katanya. "Pokoknya semua yang kamu masak pasti kumakan," ucap Rai. "Apapun asal masakanmu," ulangnya menggemaskan. "Apa sih," Gendhis tersipu. "Nggak enak masakanku tuh," ujarnya. "Enak, siapa bilang nggak enak? Aku suka kok masakanmu, serius!" "Hilih, bilang aja nggak mau kalau suruh masak, iya kan?" "Ya aku juga masak, Sayang. Tapi emang paling enak tinggal makan begini," kekeh Rai. "Mau sarapan dong," pintanya lalu duduk di kursi makan. "Kam
Last Updated: 2025-06-15
Chapter: 195. Candu Cinta (Ending)"Baru pertama kali ini aku liburan ke Eropa. Mimpi apa aku bisa ke sini sama orang yang paling berarti di hidupku," desis Ann lirih. Matanya mengitar takjub, masih tidak percaya pada apa yang kini tengah dialaminya. London tengah ada di awal musim gugur saat ini. Suhu udara cukup dingin untuk kulit Ann yang terbiasa dengan suhu tropis khatulistiwa. Ia sampai memeluk tubuhnya sendiri dengan menyilangkan kedua tangan di depan dada untuk menghangatkan tubuhnya. Liburan musim panas di Inggris Raya baru akan selesai dan Westminster cukup sepi dari wisatawan di bulan-bulan ini. "Pilihan yang tepat kita keluar malam hari, untungnya Christ udah akrab sama Lala, jadi kita bisa keluar malem-malem gini, biar Christ istirahat," ujar Ben sengaja merangkul leher istrinya mesra. "Lala udah kenal Danisha lama, jadi kayaknya Christ sering diajak jalan bareng juga sama Lala, makanya mereka cepet akrab," gumam Ann. "Mas, indah banget Inggris Raya," ujarnya tak hentinya berdecak. Meninggalkan
Last Updated: 2024-09-23
Chapter: 194. Rencana KejutanAnn menyesap teh melati buatan Ben sambil memejamkan mata. Sungguh pagi yang begitu damai dan menenangkan baginya, tanpa beban. Christ sedang sarapan pagi bersama Ben di ruang makan, sedangkan Ann sendiri duduk di halaman belakang, sesekali mengusap punggung Chester yang kini memang sengaja diboyong ke rumah baru demi memulihkan kesehatannya. Minggu depan kuliah Ann sebagai Maba akan dimulai, jadi, ia sengaja menikmati momen-momen emas ini tanpa gangguan. "Ane-san, berangkat seolah dulu," kata Christ mendatangi Ann sambil membungkukkan badannya. "Oke, hati-hati ya, semangat sekolahnya!" balas Ann melambaikan tangannya ceria, menatap punggung kecil nan kokoh Christ yang berlalu menjauh. Untuk kegiatan sekolah dan les privat yang harus dijalani Christ, Ann menyiagakan seorang sopir antar-jemput. Ben juga meminta Sony untuk menjadi penjaga Christ selama berkegiatan di luar rumah. "Kamu nggak ada agenda ke mana-mana hari ini, Ann?" tegur Ben yang menyusul duduk di seberang Ann, menent
Last Updated: 2024-09-23
Chapter: 193. Pilihan Christ"Hai, Christoper!" sapa Eriska yang sudah datang lebih dulu di sebuah coutage tempat mereka dijadwalkan bertemu. Seperti rencana, Ann dan Ben mengantar Christ bertemu dengan Eriska. Satu titik balik kehidupan Christ akan ditentukan hari ini. Ann tidak tahu apa yang tengah dirancang oleh Eriska untuk mengusiknya lagi, tapi ia percaya Ben bisa mengatasi gangguan Eriska lebih baik ketimbang sebelumnya."Mami Eris," balas Christ melambaikan tangan sekenanya, juga memberi senyum simpul yang asing. "Kamu tambah tinggi ya," puji Eriska. "Makanmu pasti enak-enak pas ikut Ben," katanya. "Makasih udah menuhin permintaanku," tambahnya ke arah Ben sambil memeluk Christ yang tampak canggung. "Gue pengin urusan kita segera selesai," balas Ben. "Biar Christ mesen makanan dulu ya," tandas Eriska. "Aku udah makan sama Ann dan Ben sebelum ke sini," ucap Christ sangat fasih. "Kata Ann, Mami kangen sama aku," gumamnya. "Iya," jawab Eriska mengangguk. "Mami nggak bawa makanan kesukaanku?" tembak Ch
Last Updated: 2024-09-22
Chapter: 192. Daya JuangSetelah sekian lama tidak beraktivitas di ranjang karena kondisi kesehatannya, Ben cukup berhati-hati bergerak. Ann lebih banyak memimpin permainan, sang istri berbalik memegang posisi dominan. "Joanna," Ben mengerang lirih, menikmati pemandangan sang istri yang meliuk-liuk di atasnya. "Berasa liat aku di Queen's Diary lagi ya Mas," goda Ann masih sempat bercanda. "Ini lebih juara sensasinya," balas Ben merem-melek, terbakar gairah. Ann terkikik, ia bergerak makin cepat, tapi tetap berhati-hati. Ben yang tengah berbaring di bawahnya itu masih belum sembuh total, jadi mereka tidak boleh bermain liar. "Ane-san!" Ben mengeja panggilan istrinya, ia tiba di puncak dengan senyuman lepas yang puas. "Wah," deru napas Ann masih terengah, "lega, Big Ben? 250 juta transfer ke rekeningku ya," candanya lucu. Ia bangkit dan duduk di sebelah suaminya, membiarkan Ben meriah selimut untuk menutupi tubuh mereka. "Nggak 300 juta sekalian?" tawar Ben. Ann mengangguk, "Boleh. Dikasih 500 juta lebi
Last Updated: 2024-09-21
Chapter: 191. Memenangkan PikiranSetitik air mata Ann jatuh, ia berpaling agar tak ketahuan tengah bersedih. Sesak di dadanya berusaha ia sembunyikan sebisa mungkin, hatinya telah jatuh teramat banyak pada Christ. "Kenapa aku harus milih? Aku udah tinggal di sini kan?" gumam Christ lugu. "Kamu bukan anggota keluarga, Eriska minta kamu kembali ke keluarga kamu," ungkap Ben gamblang, terdengar sangat tega. "Ane-san," Christ menoleh Ann, "apa aku harus milih? Aku aku harus ikut Mami Eris?" tanyanya hampir menangis. "Kamu boleh tetep tinggal di sini kalau kamu mau, Christ," jawab Ann. "Asal kamu memilih tinggal bersama kami, kamu boleh tinggal selamanya di sini," sambar Ben. Christ terdiam, ia tampak bingung dan hanya memainkan kancing bajunya sebagai bentuk pelarian. Anak sekecil Christ tentu mempunyai banyak perspektif pada setiap orang yang pernah merawatnya. Ann meski galak dan tegas, tidak pernah memukul atau menggunakan kekerasan. Begitu pula dengan Ben, meski ia keras dan kejam, selalu menekan Christ dengan
Last Updated: 2024-09-20
Chapter: 190. Memberinya Pilihan"Marah, Ane-san?" tegur Ben yang menyadari perubahan sikap istrinya semenjak pulang dari rumah makan tadi siang. "Hem?" Ann melirik suaminya sekejap, lantas fokus lagi memainkan ponselnya. "Kamu marah sama aku, Ann?" ulang Ben sabar. "Marah? Emangnya kamu kenapa?" tanya Ann balik. Ben mendecak, ia tahu Ann sedang tidak mau diajak mengobrol. Istrinya ini tengah marah, enggan ditanya-tanya tapi jika Ben tak acuh, kemarahan itu akan semakin membesar. "Coba bilang, salahku di mana?" pancing Ben. "Wah," Ann tertawa dalam tatapan piasnya yang tak menyangka. "Nggak sadar salahnya?" "Oke, aku salah ngambil keputusan setuju sama Eriska? Bener?" "Terus?" "Aku mengabaikan kamu," desis Ben meringis, takut salah. "Bukan cuma mengabaikan, Mas. Aku nggak kamu anggep ada di tempat itu. Seharusnya kamu tanya dulu keputusanku, kan?" sergah Ann bagai siap memuntahkan lahar panas dari mulutnya. "Iya, aku minta maaf," ungkap Ben tak mau memperpanjang masalah. Salah atau tidak salah, ia tetap ha
Last Updated: 2024-09-19
Chapter: 119. End GameInteraksi mesra keduanya, juga candaan Badai yang kini seringkali menghangatkan suasana membuat Sasa tak hanya menikmati bulan madu mereka, tapi juga menyembuhkan semua rasa sakit yang bertubi diterimanya. Badai membuat Sasa tidak pernah menyesali satupun keputusan yang diambil setelah mereka saling mengenal dan berbagi rasa, termasuk kekecewaan saat tahu bahwa Badai pernah dinikmati perempuan lain. Kini, Sasa sudah berlapang dada menerimanya. Ia juga tak mau ambil pusing dengan apapun yang Arleta perbuat untuk meretakkan hubungannya dengan Badai. Semakin lama, ia akan kebal dengan sendirinya."Cari makan di pinggiran danau aja ya Yang?" tawar Badai setelah ia dan Sasa siap untuk menikmati sore hari Luzern yang menawan."Emang ada yang buang Mas?" tanya Sasa polos sekali."Yang buang?" alis Badai bertaut."Lha katanya mau nyari," gumam Sasa."Apa sih Nduk," Badai terbahak. "Maksudku beli, bukan nyari dalam arti yang sebenernya," terangnya."Iya, aku juga cuma bercanda, bukan karena ak
Last Updated: 2024-12-17
Chapter: 118. Yang Terpilih (21+)Adalah Luzern, kota kecil dengan pemandangan indah nan romantis di malam hari ini yang akhirnya ditetapkan Sasa dan Badai untuk menghabiskan sisa waktu 8 hari mereka setelah dua hari tinggal di Frankfurt, Jerman. Badai tahu, Luzern adalah kota sempurna bagi ia dan Sasa untuk menumbuhkan cinta, merajut kembali asa pernikahan mereka yang sempat koyak karena perpisahan dan rasa sakit yang sempat melanda. Suasana kota yang tenang, aroma angin yang manis, juga pemandangan alamnya yang menakjubkan langsung membuat Sasa jatuh cinta. "Kota ini adalah pilihan yang tepat banget buat bulan madu," bisik Sasa sambil sesekali menggigiti telinga suaminya sensual. Badai tersenyum simpul, tangannya sudah menangkup kedua dada Sasa yang tanpa balutan. Musim dingin baru saja berlalu, cuaca menghangat, matahari bersinar cerah. Baru siang tadi mereka tiba di hotel dan berniat untuk berjalan-jalan sore harinya. Alih-alih beristirahat, sang pengendali naga tak tahan untuk melakukan aksinya."Aku goyang Mas
Last Updated: 2024-12-15
Chapter: 116. Memulai Bulan Madu"Bentar," Badai menepuk pundak istrinya sebentar dan berjalan mendekati seorang petugas avsec di dekat pintu keberangkatan bandara.Melihat keanehan suaminya dan bagaimana Badai dan dirinya dikawal oleh petugas itu menuju check in counter tentu saja membuat Sasa bingung. Namun, ia tidak banyak bertanya, ia ikuti saja langkah Badai yang melepas genggaman tangannya untuk mengurus dokumen keberangkatan bulan madunya."Kenapa sih Mas? Ada masalah sama dokumen kita?" tanya Sasa sambil melempar senyum dan melambaikan tangan pada beberapa orang wartawan."Enggak, aman aja," jawab Badai."Terus tadi ngapain?" gumam Sasa penasaran."Badai kudu dipisahin sama pacarnya kan kalau lagi naek pesawat?""Hem?" dahi Sasa berkerut, bingung dengan maksud sang suami. "Aku? Kita nggak bisa duduk deketan di pesawat?" tanyanya sedikit panik."Nggak gitu," Badai menahan tawa. Dibawanya Sasa duduk setelah tiba di executive lounge. "Ini kan penerbangan sipil, handgun-ku musti didaftarin dulu dan dititipin, ala
Last Updated: 2024-12-14
Chapter: 115. Hari Bahagia Untuk SasaArleta tercekat, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa selain lanjut berjalan dan turun dari pelaminan. Hatinya tak menyangka, Badai akan sekejam itu padanya dan keluarga."Siapa Ibuk?" tanya Sasa heran."Mamanya," desis Badai. "Aku biasa manggil Ibuk ke beliau," tambahnya.Sasa mengulum bibir merah meronanya, hatinya tergerak, "Mungkin kita nggak boleh terlalu kejam Mas. Sekedar jenguk pun aku nggak akan keberatan," ujarnya."Aku udah nitip salam, itu udah cukup Nduk," kata Badai mantap. "Aku harus jaga perasaan banyak orang, sedangkan dia justru berusaha menyakiti dirinya sendiri dan mamanya dengan memelihara harapan. Aku sekarang adalah suami orang. Banyak pelajaran yang kuambil setelah kita sama-sama dipisahkan. Jadi, biarin kujaga kamu dan keluargaku sebaik mungkin!" ikrarnya.Sasa tak lagi membantah. Jika ini memang keputusan yang sudah menjadi keyakinan sang suami, ia tinggal mengikuti. Sebenarnya Sasa juga bahagia karena Badai menjadikannya prioritas utama dengan tak lagi memedulik
Last Updated: 2024-12-13
Chapter: 114. Resepsi ImpianAkhirnya, apa yang Sasa impi-impikan sebagai pernikahan khayalan masa kecil putri cantik Damar, terlaksana. Berbalut kebaya modern nan elegan, Sasa menuntaskan langkahnya di samping Badai dalam prosesi pedang pora nan sakral. Sebagai tanda jasa karena pengorbanan luar biasa Badai dalam menyelesaikan perlawanan Organisasi Kriminal Bersenjata bersama tim, ia dianugerahi kenaikan pangkat. Kini, Sasa adalah istri seorang Kapten Akai Badai Bagaspati. "Kamu sengaja ngebiarin banyak wartawan yang ngeliput acara kita?" gumam Badai berbisik pada sang istri saat keduanya menyelesaikan prosesi pedang pora dan duduk di pelaminan. Sasa mengangguk, "Iya, biar aku nggak diserang sama rumor jahat lagi. Jadi, nanti kalau aku hamil, aku bisa menikmati kehamilanku dengan bahagia dan tanpa beban. Jujur, aku ngerasa bersalah banget karena selama kehamilanku dulu, aku nggak jaga Gala dengan baik Mas," ungkapnya. "Bukan salah kamu Nduk, semua udah jadi kehendak Allah, gitu kan kata kamu?" "Iya Mas, tapi
Last Updated: 2024-12-12
Chapter: 113. Pasangan SerasiMelajukan mobil kesayangan Badai itu meninggalkan halaman rumah, Sasa menemukan jalanan sudah mulai lengang oleh orang-orang yang berangkat menuju tempat kerja. Meski ramai lancar, Badai tetap saja khawatir dan merasa was-was saat sopirnya adalah Sasa, si labil manja nan imut itu."Apa aku perlu nemuin Arleta ya Mas?" tanya Sasa memecah keheningan, setidaknya ia membuat Badai lupa pada ketegangannya."Buat apa?" gumam Badai bingung."Kita nikah udah lama, udah banyak yang terlalui berdua kan ya? Kok dia kayak masih nggak rela ngelepasin Mas Badai gitu.""Terus kamu mau ngomong apa kalau udah ketemu sama dia?" tantang Badai.Sasa mengedikkan bahunya, "Ngobrol sebagai selayaknya perempuan yang udah pernah menikmati Mas Badai," katanya santai sekali."Nduk!" Badai mendesis."Emang bener gitu kan? Setelah dulu nggak berhasil nyerang kepercayaanku ke Mas Badai, sekarang dia nyoba nyerang aku secara mental lewat media sosial," desis Sasa terdengar kesal tapi tak tahu harus bagaimana melampi
Last Updated: 2024-12-11
Chapter: 124. Tercantik Di Hati "Ya udah, maaf ya. Harusnya aku pura-pura nggak kenal aja ya tadi?" sebut Ryu. "Iya." Ryu tersenyum. Rara ketika cemburu jauh lebih menggemaskan dan imut. Begini saja sudah sangat menghibur Ryu yang jika ditanya, ia tak akan bisa berpindah ke lain hati, hanya ada Rara di hatinya. "Mau ke ruangan Papa lagi?" tawar Ryu, bermaksud merubah mood istrinya yang sedang kesal. Rara menggeleng, "Mau pulang. Aku minder di sini," tukasnya mengamati tubuhnya sendiri. "Kamu cantik, luar biasa, nggak ada yang bisa nandingin cantikmu," puji Ryu tulus. "Serius? Pake sandal selop kampung begini? Mas bandingin coba sama si Helena yang pake highheels tadi. Timpang nggak kalau aku di sebelah dia?" "Timpang karena kamu istriku, calon nyonya CEO perusahaan sedangkan dia cuma karyawan. Kamu yang bakalan punya kuasa." "Mas! Ayolah!" desis Rara geregetan. "Gim
Last Updated: 2025-05-25
Chapter: 123. Perempuan Lain? "Kamu kerja di DC?" tanya Ryu tak percaya, ia amati lanyard yang tergantung di dada Helena. "Iya Kak, aku manajer purchasing yang baru," jawab Helena sumringah. "Oh," Ryu manggut-manggut. "Selamat datang di Dhanapati," sebutnya ramah. "Makasih Kak," ucap Helena. "Aku denger kamu di Kalimantan kan? Atau sekarang udah ke sini lagi?" tanyanya. "Iya, aku pegang kerjaan di sana, ini cuma lagi liburan aja. Ah, istriku," tunjuk Ryu pada Rara yang sejak tadi hanya diam, memperhatikan suaminya mengobrol asik dengan perempuan lain di depannya. "Ah, hai, Helena!" sapa Helena mengulur tangan untuk bersalaman. "Azura," sambut Rara tersenyum. Ia jabat tangan Helena sekejap. Sebenarnya, Rara tak perlu merasa cemburu, toh, Ryu sudah menjadi miliknya. Namun, tampilan Helena yang jauh lebih modis, cantik, ceria dan memikat itulah yang membuat Rara terbungkam. Helena juga tampak akrab dengan Ryu, membuat atmosfer di sekitar mereka tampak tak lagi terlihat. "Helena ini, adek kelasku pas SMP, Say
Last Updated: 2025-05-24
Chapter: 122. Seseorang dari Masa Lalu?"Kamu serius masih mau jadi PA di sini? Padahal sebagai Nyonya Ryu, kamu bisa duduk santai di rumah," kata Ryu sembari berdiri. Ia melambai pada petugas kantin untuk memasukkan pesanannya dan Rara ke dalam tagihan pribadi. "Aku kebiasa kerja Mas. Kalau cuma diem di rumah, pikiranku sering kosong, takut kesurupan masa lalu lagi," bahas Rara masuk akal. Ryu tertawa, ia menyulut lagi sebatang rokok baru, diselingi menyesap es kopi favoritnya. "Kenapa Mas? Kualifikasiku nggak pantes ya buat jadi PA CEO di DC?" gumam Rara tersadar. "Aku yang cuma lulusan SMA pun persamaan paket C ini?" tanyanya rendah diri. "Hei, kok mikir gitu, aku sama sekali nggak mempermasalahkan soal kualifikasi pendidikan kamu, Azura." "Tapi aku sadar diri," sambar Rara. "Aku kuliah dulu aja di sini, boleh?" Mata Ryu membulat tak percaya, "Kamu serius?" tanyanya meyakinkan sang istri. "Aku nggak mau orang-orang mandang jelek Mas Ryu. Masa istri CEO cuma lulusan SMA persamaan. Maksa banget jadi PA juga.
Last Updated: 2025-05-10
Chapter: 121. Mengimbanginya "Ayah nggak bisa ceraiin Bu Endah karena adek kamu. Menurutku masuk akal sih," ucap Ryu setelah menerima telepon dari Pak Darwis yang tak mau diterima oleh Rara. "Kasian Hera," sebutnya. "Salah nggak ya Mas kalau aku nggak bisa maafin Bu Endah? Atau aku masih marah sama Ayah?" tanya Rara gusar. "Wajar kok, aku nggak nyalahin perasaan kamu," jawab Ryu sambil menyesap rokoknya dalam-dalam. "Sebenernya aku kasian sama Ayah. Udah tua, tapi musti nyukupin kebutuhan Hera dan Ibuk. Kadang aku pengin ngirim uang, tapi aku takut uangku disalahgunain lagi sama Bu Endah," desis Rara. "Menurutku, kamu nggak perlu lagi ngerasa harus bertanggungjawab. Ya oke, soal Pak Darwis, itu kuambil alih, biar aku yang cukupi kebutuhannya," ucap Ryu baik hati. "Enggak gitu Mas, Mas kan malah yang jadi repot. Aku sayang sama Hera, ada darah Ayah yang ngalir di tubuh kami berdua. Tapi kalau Ibuk, aku nggak bisa maafin dia," ucap Rara parau, serasa air mata hampir lolos jatuh ke pipinya. "Kamu mau B
Last Updated: 2025-05-10
Chapter: 120. Menikmati Kehidupan Setelah Menikah"Kamu denger sendiri kan Ra? Kalau kamu nggak minta, Ryu nggak akan mau ke sini," ucap Rain. "Seminggu ini, nikmati liburan kalian ya," katanya bijak."Mereka mau ke Swiss setelah dari sini, bulan madu," ujar Mika. "Iya kan Bang?" tanyanya menoleh sulungnya."Masih proses ngobrol sama Opa Kemal, Ma, aku belom tanya Rara juga. Dia mau ke Jerman atau ke Swiss," jawab Ryu."Gue ikut Bang," sergah Reiga iri."Nggak ada! Mana ada gue suruh ngasuh lo, lagian lo sekolah," tolak Ryu mentah-mentah."Ini juga, Abangnya mau bulan madu segala mau ikut," tegur Mika gemas. "Rara capek ya? Istirahat gih, pasti masih nggak enak badannya abis perjalanan jauh," ujarnya mengamati Rara yang hanya diam bahkan setelah ia menuntaskan hidangan makan malamnya."Ke kamar yok," ajak Ryu yang langsung ditanggapi anggukan oleh Rara."Maaf semuanya, aku ke kamar dulu," pamit Rara sopan.Tak lagi malu-malu menunjukkan perhatian, Ryu meng
Last Updated: 2025-04-29
Chapter: 119. Pembagian Warisan"Jadi, mau tinggal di Jakarta aja?" tawar Opa Julian sambil melirik cucu menantunya."Ya?" hampir Rara tersedak. "Kami masih aktif bekerja di kebun, Opa," balasnya tertegun. Ia melirik suaminya yang masih asik menikmati hidangan makan malam, santai sekali."Ryu bakalan menggantikan Papanya di DC, paling dua tahun dari sekarang, dia harus sudah bisa pegang DC," ucap Opa Julian. "Ryu cuma tiga bersaudara, kamu tau dia sulung dan DC adalah tanggung jawabnya.""Pa," Rain angkat bicara. "Anak-anak masih muda, Ryu baru aja nikah, biarin aja lah mereka menikmati suasana kebun dulu," katanya."Kecuali," sela Mika, "kalau emang Rara nyaman dan betah di Jakarta, ya udah, biar Rara aja di sini sama Ryu. Kebun biar Mas Rain lagi yang tangani," usulnya."Ini nggak ada yang mau bantuin aku di pabrik?" celetuk Raya. "Aku cewek lho, suruh ngurusin rokok, tolong deh!" protesnya."Mama juga cewek, dan Mama juga sukses ngurus Indrajaya sendirian," sergah Rain."Ada Uncle Kev support system-nya betewe!"
Last Updated: 2025-04-28