Malam itu, angin dingin berhembus pelan melewati lorong-lorong istana Gilingwesi. Di bawah cahaya lampu minyak yang redup, Arya Kertajaya melangkah dengan langkah tertutup, hatinya penuh kecurigaan dan ketegangan. Sejak peringatan dari Banaspati beberapa hari lalu, ia tidak bisa mengenyahkan firasat buruk tentang Ki Jagabaya—pemimpin pasukan bayangan yang selama ini dipercaya oleh Rakai Wisesa.
Arya telah memperhatikan sesuatu yang mencurigakan. Beberapa kali ia melihat Ki Jagabaya berbicara diam-diam dengan para pengikutnya di sudut-sudut tersembunyi istana, atau bahkan meninggalkan wilayah kerajaan pada malam hari tanpa alasan yang jelas. Ada sesuatu yang tidak beres, dan Arya bertekad untuk menemukan jawabannya.
Angin malam berdesir lebih kencang, membawa aroma belerang yang menusuk hidung. Suara gemericik air dari sungai suci terdengar samar-samar, seolah-olah alam itu sendiri sedang menanggapi ketegangan yang sedang terjadi.
Arya menyelinap keluar dari istana menuju hutan lebat ya