Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir

Perjalanan Waktu Sang Penjelajah Takdir

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-24
Oleh:  Arjuna WiragunaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
3 Peringkat. 3 Ulasan-ulasan
227Bab
1.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Seorang arkeolog muda bernama Raka tanpa sengaja menemukan sebuah cermin perunggu kuno yang mampu membuka gerbang waktu. Ia terlempar ke era Kerajaan Gilingwesi. Kerajaan ini adalah sebuah kerajaan kecil yang pernah berdiri sekitar abad ke-9 M, jauh sebelum kerajaan besar seperti Kediri, Singasari, atau Majapahit muncul. Letaknya tersembunyi di lembah pegunungan yang dikelilingi hutan lebat dan sungai mistis. Dalam sejarah, kerajaan ini tidak pernah terdeteksi karena suatu alasan misterius

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1: DUNIA BARU

Raka, seorang arkeolog, memimpin timnya yang terdiri dari Andini (ahli botani), Budi (fotografer dokumentasi), dan Agus (geolog) dalam ekspedisi ke hutan mistis di Jawa Tengah. Mereka mencari gua misterius yang diyakini memiliki hubungan dengan Kerajaan Mataram Kuno. Namun, saat mereka berhasil menemukan gua tersebut, tiba terjadi sesuatu yang miterius. Raka seolah tersapu badai dan terpisah dari timnya lalu pingsan.

___________________________________________________

Raka membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat seolah baru saja melewati badai magnetik. Ia mencoba duduk, tetapi tubuhnya masih lemah, seperti habis berlari maraton tanpa henti. Cahaya matahari yang menembus dedaunan di atasnya membuatnya menyipitkan mata. Napasnya tersengal-sengal, dan ia menyadari bahwa ia tidak lagi berada di gua—atau bahkan di tempat yang sama dengan timnya.

"Di mana aku?" gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar di antara desiran angin yang meliuk-liuk di antara pepohonan.

Ia berusaha mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Gambar-gambar kilat muncul di benaknya—cermin perunggu, cahaya menyilaukan, angin kencang, dan suara misterius yang memanggil namanya. Namun, ingatan itu kabur, seperti mimpi yang sulit dipegang erat. Yang jelas, ia tahu satu hal: ia tidak lagi berada di dunia modern.

Raka meraba-raba tas punggungnya, mencari ponsel atau alat GPS-nya. Tapi ketika ia menyalakan ponselnya, layar hanya menampilkan kegelapan total. Teknologi modernnya sepertinya telah mati, seolah energi di tempat ini tidak kompatibel dengan perangkat elektronik. Ia mencoba menyalakan senter, tapi hasilnya sama—tidak ada yang bekerja.

"Apa yang terjadi?" gumamnya, rasa panik mulai merayap ke dalam pikirannya. "Ini... bukan mungkin."

Saat ia berdiri, ia menyadari bahwa lingkungan di sekitarnya sangat berbeda dari hutan tempat mereka melakukan ekspedisi. Pepohonan di sini lebih tinggi, daun-daunnya lebih lebat, dan udara terasa lebih berat, seolah menyimpan rahasia-rahasia kuno. Ada jejak-jejak aktivitas manusia di sekitarnya—perapian yang sudah padam, alat-alat batu yang tersebar di tanah, dan patung-patung kecil dewa-dewi yang tampak aneh namun akrab. Aroma tanah basah bercampur dengan dupa yang samar-samar memenuhi udara, menciptakan atmosfer yang asing namun juga magis.

"Ini... Kerajaan Gilingwesi," gumam Raka pelan, menyadari bahwa ia mungkin telah terseret ke masa lalu. Ia pernah membaca legenda tentang kerajaan ini—kerajaan yang lenyap dari sejarah karena sebuah artefak mistis. Apakah cermin perunggu itu yang membawanya ke sini?

Raka berjalan perlahan, mencoba memahami situasi yang aneh ini. Di bawah salah satu pohon besar, ia menemukan patung kecil dewa Brahma dengan ukiran rumit yang mirip dengan yang ia lihat di gua. Patung itu tampak sangat tua, seolah telah ada selama ribuan tahun. Saat ia menyentuhnya, kilatan gambar singkat muncul di benaknya—ritual besar di tepi sungai mistis, api yang menyala-nyala, dan wajah seorang wanita muda dengan mata penuh kesedihan. Gambar itu lenyap secepat datangnya, meninggalkan Raka dengan rasa penasaran yang semakin besar.

"Kita benar-benar di masa lalu," gumamnya, suaranya penuh campuran antara ketakutan dan rasa penasaran.

Namun, saat ia melanjutkan perjalanan, ia mulai merasakan sesuatu yang aneh—seolah ada yang mengamati setiap langkahnya. Suara dedaunan yang bergesekan dengan angin terdengar seperti bisikan, dan bayangan-bayangan samar terlihat bergerak di antara pepohonan. Raka berhenti sejenak, menoleh ke belakang, tetapi tidak ada siapa pun di sana.

"Siapa di sana?" teriaknya, suaranya bergema di antara pepohonan. Tidak ada jawaban.

Di dalam hatinya, Raka merasakan konflik batin yang hebat. Ia tahu bahwa ia adalah seorang arkeolog—seseorang yang terbiasa memecahkan misteri dari masa lalu. Tapi kali ini, ia tidak hanya mempelajari sejarah; ia hidup di dalamnya. Ia tidak tahu apakah ia akan bisa kembali ke dunia modern, atau apakah ia akan terjebak di sini selamanya. Namun, ia juga merasa tertantang. Dunia ini asing baginya, tetapi ia memiliki pengetahuan yang mungkin bisa membantunya bertahan.

"Saya harus tetap tenang," gumamnya dalam hati. "Ada pola di sini. Ada sejarah. Saya hanya perlu memahaminya.

Ia mencoba melanjutkan perjalanan, tetapi semakin jauh ia berjalan, semakin kuat perasaan bahwa ia sedang diikuti. Ia mencoba mengabaikannya, fokus pada mencari tanda-tanda kehidupan manusia. Mungkin ia bisa menemukan cara untuk kembali ke dunia modern—atau setidaknya memahami di mana ia berada.

Setelah beberapa saat, ia mendengar suara air mengalir di kejauhan. Ia mengikuti suara itu, berharap menemukan sungai atau pemukiman penduduk. Ketika ia tiba di tepi sungai kecil yang jernih, ia melihat sesuatu yang membuatnya terkejut—seorang anak kecil berpakaian kuno sedang bermain di tepi sungai, mengumpulkan kerang dan batu-batu kecil.

"Anak kecil!" panggil Raka, berusaha ramah meskipun hatinya dipenuhi oleh ketidakpastian.

Anak itu menoleh, matanya melebar karena terkejut. Sebelum Raka sempat mendekat, anak itu berteriak dalam bahasa yang tidak ia kenali, lalu berlari masuk ke dalam hutan. Namun, sebelum menghilang, anak itu menunjuk ke arah utara, seolah memberikan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan Raka selanjutnya.

"Jangan pergi!" teriak Raka, tetapi anak itu sudah hilang di balik pepohonan.

Raka menghela napas panjang, menyadari bahwa ia tidak akan mudah mendapatkan jawaban di tempat ini. Namun, ia tahu satu hal: ia harus terus bergerak. Dunia ini asing baginya, tetapi ia adalah seorang arkeolog—dan jika ada satu hal yang ia kuasai, itu adalah memecahkan misteri.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Adek Cacak
awal" agak membosankan, tapi setelah masuk lebih dalam, ternyata ceritanya bagus, plot twist, serta punya fore shadow yang bagus, meski terkadang plot cerita maupun epilognya terkadang berulang, semacam mirip novel filsafat atau psikologi
2025-03-11 02:45:24
0
user avatar
Mahardika
sebuah cerita yang jarang ada, tetapi sangat menarik
2025-02-19 12:52:33
0
user avatar
Robiah Al adawiyah
ceritanya sangat menarik, alurnya sering gak ketebak
2025-02-18 02:54:37
0
227 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status