Rasanya seperti ingin terbang, mobilku melaju dalam kecepatan seperti pembalap, Mama di samping mencengkeram seatbelt, wajahnya ikut cemas, tidak ada yang bicara selama kami menelusuri perjalanan. Bersyukur karena lalu lintas mulai lengang, jadi aku bisa sampai di Rumah Sakit cukup cepat.
Bau antiseptik yang menyengat langsung menyambut ketika aku berlari di koridor, jantungku berdegup kencang begitu menemukan Madrid meremas tangan gugup tepat di depan ruang UGD. "Mba Mita?" "Di mana?" Lalu aku melihatnya, Gun yang berantakan masih dalam kemeja kerja, sedangkan di sampingnya, Naga terbaring di ranjang kecil darurat, tubuhnya hanya ditutupi selimut tipis, dan perawat sedang mengikat lengannya untuk dipasang infus. Dia menangis. Lirih. Lelah. "Naga..." Gun seketika menoleh, wajahnya kusut. Dia mengerjap cepat saat melihatku seolah