***
"Bi, tenanglah!" Bu Salma mendekat dan menepuk-nepuk punggung putranya dengan tangan gemetar. "Aleetha anak yang kuat, dia pasti bisa melewati ini semua."
Birru mengangkat wajahnya dari bahu Diandra. Wajah yang biasa terlihat teduh, siang ini berubah sendu dengan keadaan rambut yang cukup berantakan. Birru mengusap air mata di pipi Diandra sebelum akhirnya duduk di salah satu bangku tunggu.
Diandra terpaku dengan sorot mata yang masih saja menatap pintu ruang ICU.
"Nduk," panggil Bu Anis.
Diandra menoleh, air matanya sudah kering sementara bibirnya terasa kelu untuk sekedar menjawab panggilan dari Sang Ibu.
"Kamu belum salat?"
"Belum, Bu."
"Pergilah ke musala, salat lah dulu," pinta Bu Anis.
Diandra melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Benar saja, jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.00 siang.
"Salat sama saya." Birru berdiri. "Saya juga belum salat, Diandra. Ayo!"
"Ya, Pak."
Tidak ada percakapan apapun sepanjang perjalanan menuju musala Rumah Sakit. Setelah wu