DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT

DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT

Oleh:  Maulina Fikriyah  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat
37Bab
8.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bara mengaku telah menghamili Aluna-- sepupu Diandra saat rencana pernikahan keduanya sudah di depan mata. Dunia Diandra hancur. Hatinya perih. Tangis Diandra kian pecah ketika melihat cincin yang sudah ia pilih sebagai salah satu mahar ternyata tersemat di jari manis Aluna. Setelah memutuskan bangkit usai patah hati, Diandra bertemu dengan Aleetha, putri dari Duda tampan yang ternyata adalah Konglomerat. Apakah Aleetha bisa membawa Diandra masuk ke dalam hati Papanya, atau ... Bara justru mati-matian ingin menjadikan Diandra seorang istri tanpa peduli dengan kehamilan Aluna?

Lihat lebih banyak
DIKIRA DUDA MELARAT TERNYATA KONGLOMERAT Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Juan Juan
maaf ka kenapa update nya lama sekali
2024-02-16 11:06:07
1
user avatar
Dominick Salsabil
updatenya lumayan lama, bolak balik buka blm update jg
2024-01-30 17:32:42
2
user avatar
Zafir Junior
bagus banget, aku suka aku suka, lanjut n semangat upnya thor
2023-11-14 15:01:07
1
37 Bab
Gagal Menciptakan Pelangi
***"Kamu sudah gila, Mas?! Hah?!" Diandra memekik sambil melayangkan telunjuknya tepat di wajah Bara, pria yang sudah lebih dari tiga tahun menjadi tunangannya itu terlihat mengusap wajah sambil sesekali meremas rambutnya yang berwarna hitam kecoklatan. "Bulan depan kita menikah, undangan bahkan sudah disebar, kenapa tiba-tiba ....""Cinta tidak bisa dipaksakan, Diandra," sela Aluna sambil bersedekap dada. "Terima saja keputusan Mas Bara, itu artinya kalian tidak berjodoh. Berpisah sebelum menikah itu lebih baik, bukan, atau ... kamu justru ingin menyandang status janda dengan buru-buru?" cibir Aluna sarkas. "Jangan ikut campur, Lun!" Rahang Diandra mengatup rapat. Dadanya yang nyeri dan sesak terasa semakin menguasai hati tatkala Aluna turut membuka suara. "Sayangnya aku harus ikut campur, Di. Mas Bara melamarku siang ini." Aluna memamerkan cincin solitaire bermata putih dengan cara melambai-lambaikan jemarinya di depan wajah Diandra. "Mas ...." Diandra berdesis. Matanya seketika
Baca selengkapnya
Hujan di mata Diandra
***"Enak sekali Aluna mau dijadikan istri kedua, tidak bisa!" Bibi Melani-- Mama Aluna berkacak pinggang di depan pintu. Wanita bertubuh tambun dan tidak terlalu tinggi itu meringsek masuk sambil memasang wajah garang. "Heh, Bara ... Aluna itu hamil anak kamu, sudah seharusnya kamu bertanggung jawab. Enak sekali kamu bilang mau tetap menikahi Diandra sementara putriku jadi yang kedua. Saya tidak setuju!"Kedua orang tua Bara saling tatap. Pak Basuki berdiri mendekati iparnya sambil berkata, "Jangan teriak-teriak. Tidak perlu pakai otot, Mel. Tenang saja, lagipula Dian pasti menolak ....""Alah, Mas Bas kan Bapaknya, tentulah membela Diandra," sela Bibi Melani sengit. "Harusnya Mas Bas sama Mbak Anis itu sedikit punya empati lah! Aluna itu keponakan kalian, tega-teganya kalian bikin dia jadi istri kedua. Kamu juga, Di ... apa kamu gak kasihan sama Aluna, hah? Dia itu sedang mengandung anak Bara, enak aja malah kamu yang jadi istri pertama. Aturan Aluna yang dia nikahi dulu, baru kamu.
Baca selengkapnya
Adzkia Taleetha Albirru
Bu Anis mondar-mandir di depan pintu kamar Diandra yang masih tertutup rapat. Biasanya, putri semata wayangnya itu keluar setelah salat subuh, namun sekarang, saat jarum jam sudah bertengger di angka tujuh, Diandra tidak juga menampakkan batang hidungnya. Bu Anis khawatir. Sebagai seorang Ibu, tentulah turut merasakan pedihnya takdir yang Diandra terima."Di, kamu gak kerja, Nak?" Bu Anis memberanikan diri mengetuk pintu kamar putrinya. "Diandra ...." Untuk kedua kalinya Bu Anis memanggil. "Ya, Bu," jawab Diandra malas. "Aku ambil jatah libur, mau jalan-jalan sama Erika."Bu Anis yang mendengar jawaban Diandra pun hanya bisa menghela napas panjang kemudian berlalu meninggalkan depan pintu kamar Diandra. Wanita paruh baya itu tahu jika Diandra sedang tidak ingin diganggu. Bohong jika putrinya baik-baik saja saat ini. Tentulah Diandra terluka karena tunangannya bermain api dengan sepupunya sendiri bahkan sampai menghasilkan calon bayi. ***"Aluna, Di? Kamu bercanda?"Erika memekik k
Baca selengkapnya
Mas Duda, tolong ....
***Erika menatap takut-takut pada pria berwajah tegas yang sedang menggendong Aleetha. "Anu ... maaf sekali, tadi saya cuma asal ngomong. Lagian anak sekecil Aleetha dibiarkan sendirian di alun-alun yang ramai kan bahaya, jadi ... ya, saya kira dia sengaja dibuang. Duh, maaf ya, Pak, mulut saya memang sedikit kurang bisa dikondisikan. Maaf ya." Erika menyenggol lengan Diandra berharap sahabatnya itu turut membela. "Beneran Papa mau buang Aleetha?" tanya Aleetha polos. "Tante Ayesha gak mau punya anak kayak Aleetha ya, Pa? Kalau gitu, Papa jangan menikah sama Tante Ayesha, menikah saja sama Tante Diandra. Tante Diandra mau kan jadi Mama Aleetha?" Aleetha menatap Diandra dengan kedua matanya yang bulat. Diandra kikuk mendapat pertanyaan yang keluar dari bibir gadis mungil nan lugu di depannya."Benar kamu tinggalkan Aleetha di sini sendirian, Sha?" tanya Papa Leetha mengacuhkan pertanyaan putrinya pada Diandra."M-- Mas, mana mungkin ....""Aleetha belum pernah berbohong, Sha," sela
Baca selengkapnya
Diandra, pelakor!
***"Jangan ikut campur urusan kami, minggir!" Bara yang hendak menarik lengan Diandra sontak didorong kasar oleh pria berwajah tegas di depannya. "Dia calon istriku, lepaskan tanganmu ...."Plak!!!Diandra tiba-tiba berbalik dan menampar pipi Bara tanpa ragu. "Aku tidak akan pernah lupa betapa sakitnya tamparanmu sore ini, Mas," ucap Diandra parau. "Setelah merobek hatiku dengan perselingkuhan hingga berujung kehamilan, sekarang kamu menamparku hanya karena aku bilang sudah punya penggantimu, kamu marah, hah?" Diandra berbicara sambil berteriak mengeluarkan semua sesak yang ada di dalam dadanya. "Kau pikir seberapa dalam aku menyimpan namamu dalam hati? Kau pikir aku tidak bisa mencari pria yang jauh lebih baik, begitu?""Mas Bara, dengarkan aku baik-baik!" Setelah menghela napas panjang, Diandra kembali berbicara, "Bagiku kamu adalah pria paling menjijikkan! Aku sangat beruntung kita berdua gagal menikah. Jika tidak, oh ... aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya berbagi suami
Baca selengkapnya
Mendadak Dilamar
***"Masuk kuburan aja dianjurkan baca salam, masa masuk rumah orang main nyelonong aja," sindir Diandra. "Lagian kenapa kalau tamuku ini lelaki yang bawa anak? Kamu kalau gak tau apa-apa jangan asal nuduh, Lun. Jangan suka menebar fitnah," ucap Diandra lirih namun penuh penekanan."Halah, ngaku aja, Di," sahut Aluna. "Dia suami orang kan?"Aku mengangguk, "Bisa iya, bisa juga tidak," jawab Diandra asal. "Lalu kenapa?"Aluna bergidik kemudian menyahut, "Hih, tuh kan ... kamu emang perempuan gak bener. Bibit pelakor tuh udah mulai muncul di diri kamu, Diandra." Aluna menggandeng lengan Bibi Melani dan berkata lagi, "Gagal menikah sama Mas Bara bukannya jadi makin baik, ini malah bawa pulang laki orang."Aluna menatap takut-takut ke arah Birru, sementara pria yang sedang diperhatikan oleh Ibu dan anak itu justru terlihat begitu tenang, bahkan sesekali dia meneguk minuman yang ada di hadapan. "Kenapa sih, Di, ada apa?" Bu Anis datang bersama Aleetha. "Loh, Lun ... ngapain?"Aluna menceb
Baca selengkapnya
Ajakan balikan
***"Kamu gak perlu bertindak sejauh ini, Di ...."Diandra pura-pura terkejut melihat kedatangan Bara. "Kamu boleh patah hati karena aku, tapi masuk dalam kehidupan rumah tangga wanita lain, kukira itu bukan kamu Diandra."Bara menatap Diandra sendu, berharap wanita yang gagal menjadi istrinya itu tersentuh dengan rasa iba yang dia tunjukkan malam ini. "Kamu memang mengenalku dengan baik," sahut Diandra mencoba tenang, meskipun hatinya saat ini bagai debur ombak yang siap menerjang karang. "Mana mungkin aku tega menghancurkan hidup wanita lain, Mas. Aku bukan Aluna ...."Aluna meradang. Wanita hamil di depan pintu rumah Diandra itu menatap calon suaminya dengan emosi yang siap meledak."Dia duda," seloroh Aluna sembari berjalan mendekati Bara. "Menikahi duda itu aib, Di, kamu mau semua orang membicarakan pernikahanmu yang memalukan ini nantinya?"Diandra terkekeh sumbang. Telapak tangannya terasa gatal ingin menampar pipi Aluna sekeras-kerasnya. Sepupunya itu selalu saja berbicara ta
Baca selengkapnya
Duda Melarat
***Plak ...!!!Aluna berdiri di depan Bara dengan napas memburu. Tangannya terasa kebas, namun tamparan yang baru saja ia layangkan di pipi Bara tidak sedikitpun bisa mengurangi rasa perih di hatinya. "Aku hamil," aku Aluna parau. "Aku hamil anakmu, Mas!" Aluna mendorong bahu Bara kasar. Berharap pria yang minggu depan resmi menjadi suaminya itu tersadar jika ada benihnya di rahim Aluna. "Aku mengandung anakmu, itu artinya kamu harus menikahiku! Kenapa di otakmu hanya ada Diandra, Diandra dan Diandra, hah?! Tatap aku, Mas Bara! Aku Aluna, calon istrimu dan calon ibu dari anak-anakmu!" teriak Aluna menggebu-gebu. Diandra menghela napas lemah. Perseteruan antara Bara dan Aluna tidak serta merta membuat hatinya berbunga-bunga. Wanita muda yang berdiri di samping Bu Anis itu justru merasa jengah dengan keributan yang terjadi di rumahnya malam ini. Sejenak Diandra melirik ke arah Aleetha yang ternyata sedang menatapnya sendu. Mata bulat dengan bulu mata lentik itu terlihat berkaca-kaca
Baca selengkapnya
Duda pengangguran?
***"Tapi Papa punya ...."Birru memotong ucapan Aleetha. "Saya akan datang lagi hari minggu, Bu. Sampaikan salam saya pada Bapak, maaf karena kedatangan saya malam ini malah bikin Diandra menangis." Birru menatap wajah Bu Anis sebelum akhirnya memindai wajah Diandra cukup lama. "Maafkan saya dan Aleetha," imbuh Birru lirih."Ini bukan salah kamu, Nak," sahut Bu Anis. "Diandra sudah berusaha keras bangkit setelah gagal menikah, tapi ... ya, memang ada saja orang-orang yang bebal dan masih berusaha mengusik kehidupan Diandra. Ini bukan salah Nak Birru dan Aleetha," ujar Bu Anis panjang lebar. "Tentang lamaran kamu, Insya Allah nanti Ibu sampaikan ke Bapak.""Terima kasih, Bu."Birru menggandeng tangan Aleetha dan membawa gadis bermata bulat itu mendekati Diandra. "Salim sama Tante Diandra, Tha," pinta Birru lembut. Aleetha patuh, gadis cantik berkulit putih itu mencium punggung tangan Diandra sambil berkata, "Tante, jangan menangis." Diandra menekuk lutut dan mensejajarkan tubuhnya deng
Baca selengkapnya
Gantung Diri
***"Mama gak setuju, Birru!"Salma Diana Ranajaya, para pekerja di rumahnya memanggil dengan sebutan Nyonya, wanita paruh baya yang pandai memadu padankan pakaian itu terlihat gusar dengan penuturan Birru tentang lamarannya pada seorang gadis. Bu Salma menganggapnya gadis, karena Birru yang mengatakan bahwa usia Diandra masih dua puluh empat tahun, dan bagi Bu Salma itu usia yang terlalu muda untuk bisa merawat anak seusia Aleetha. "Menikah lagi itu artinya kamu harus siap mengesampingkan perasaanmu, Birru. Mau tidak mau, setuju atau tidak, kamu memang sedang mencari Ibu sambung untuk Aleetha, bukan hanya seorang istri," tutur Bu Salma. "Ayesha bagi Mama sudah cocok menjadi istri dan ibu untuk Aleetha, kenapa tiba-tiba bilang mau melamar gadis dua puluh tahunan?" Kening Bu Salma mengkerut, kepalanya menggeleng lemah sembari menatap Birru yang sedang duduk di depannya."Kamu dan Ayesha sudah setahun ini menjalin hubungan, dan Mama kira itu sudah cukup membuktikan kalau kamu memang be
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status