"Nggak usah diambil hati, Mas. Setelah hampir dua bulan kita menikah, tentu kamu juga tahu gimana watak Mbak Rena dan ibu. Biar saja mereka ngoceh sesukanya. Masukin kuping kiri langsung keluarkan dari kuping kanan. Kalau diendapkan yang ada bikin sakit jiwa." Hanum mendengkus kesal.
Setelah pembuktian Ken selama ini, nyatanya kakak tirinya itu masih saja meremehkan dan menganggap Ken tak sebanding dengannya. Kadang, ada keinginan untuk menyumpal mulut perempuan itu dengan sambal saking gemasnya.
"Justru aku khawatir dengan kamu, Sayang. Takutnya kamu masih kepikiran dengan ocehan-ocehan Rena dan ibu. Kalau aku ... laki-laki tak sebaper itu, Dek. Santai dan kuanggap angin lalu ocehan nggak penting seperti itu. Tenang saja, aku nggak kepikiran sedikit pun."
Ken menatap lekat wajah istrinya yang masih saja cemberut. Dia tahu kalau Hanum kesal jika ada orang yang menghinanya. Demikian pula dia yang tak terima jika ada orang yang menghina istrinya. Mungkin ini yang dinamakan saling cin