"Mamak, ke kota lagi, yuk!" ajak Ilham sembari bermain mobil-mobilan. Ia memiliki mainan yang bagus, hingga bocah itu melupakan kejadian buruk yang banyak dilihatnya.
"Kan sudah kemarin pas kita beli mobil-mobilan," ujar Kinarsih membersihkan rumah. Untuk mempertahankan moodnya menulis, ia senang bersih-bersih.
"Enak ke kota bisa naik motor, Mak! Ayok, Mak! Naik motor!"
Kinarsih hanya diam saja. Ilham selalu saja banyak maunya. Ia menoleh pada putranya bermain mobil-mobilan pemberian dari Rian.
"Nanti pergi sama Nenek saja kalau Mamakmu sibuk," ujar Marni yang tiba-tiba muncul.
"Nenek!" teriak Ilham berdiri dan melompati Marni. Wanita itu tersenyum lebar menggendong cucunya.
"MasyaAllah, Bi. Masuklah. Arsih buatin minum dulu."
"Tak usah. Aku bisa buat sendiri. Aku bukan tamu kan?"
Kinarsih tersenyum lalu mengangguk haru. "Bibi itu ibuku," jawabnya berkaca-kaca.
Marni tersenyum lebar melihat banyak perubahan di rumah itu. Sungguh sangat jauh lebih layak dan terlihat rapi