“Jarang-jarang El bawa temen cewek ke rumah.”
“Nggak pernah!” Elo meralat ucapan Wulan dengan cepat dan melirik tajam. Seolah ingin menghabisi sang kakak detik itu juga. “Jangan sembarangan kamu, Mbak.”
Wulan tertawa melihat tingkah sang adik dan menunjuknya. “Lihat, kan, Nar. El itu emosian. Baru disentil dikit udah nyolot.”
“Dia emang galak, Mbak,” ujar Sinar membenarkan. “Anak magang salah dikit aja sudah dihabisin sama dia.”
“Kamu pernah diomelin sama El?” tanya Wulan yang tengah membuatkan susu untuk putranya.
“Pernah,” jawab Sinar mengangguk. Ia sibuk menuang sayur dari panci ke mangkok besar.
Mau tidak mau, Sinar harus bisa menyesuaikan diri dengan keluarga Elo. Ia sudah terlanjur berada di dalamnya dan tidak berani membayangkan, hal apa yang akan terjadi setelah semua ini selesai.
Sebelumnya, Sinar juga pernah berada di tengah-tengah keluarga Axel. Namun, saat itu semuanya dilakukan dengan persiapan, tidak seperti sekarang.
Elo tahu-tahu memperkenalkan Sinar pada keluarganya,