“Kebelet apa?”
“Kebelet cium kamu, ya jelas kebelet buang sesuatulah, Sayang.”
“Kalau otak aku habis ini agak geser, benerin ya Mas. Ini semua karena Nyiur yang bunuh anak kita! Ya udah sana cepetan ke kamar mandi! Gak boleh bawa ponsel!” cecar Ayu.
“Sayangku konyolnya udah kelihatan lagi nih!”
Ayu mulai memanyunkan bibir lagi. Harsa ini terlalu canggih untuk bisa menenangkan seorang Ayu hingga Ayu bisa segeran merevolusikan dirinya untuk menjadi dirinya yang tetap menjadi wanita lawak. Tidak betah untuk terus-terusan menangis, ia pun salah tingkah untuk sedikit senyum tatkala Harsa mulai masuk ke dalam kamar mandi.
Siapa yang tidak sedih atas hilangnya seseorang yang sifatnya hidup. Terkadang kehilangan barang saja hancurnya sudah berkeping-keping apalagi ini kehilangan seorang anak yang mereka nantikan, tentu ini juga menyakitkan untuk mereka. Meskipun begitu Ayu juga mulai menata pikirannya. Mungkin memang itu jalan yang terbaik dan ia berusaha untuk mengamalkan apa y