Udara malam menyapa dengan lembut saat lift terbuka di lantai paling atas. Raka menggandeng tangan Maya, sementara Nayla berjalan di depan dengan semangat. Di tangannya, kamera mini sudah siap merekam, meskipun ia tahu tak semua bagian dari malam ini akan terekam lensa.
Rooftop itu dihiasi lampu gantung kecil yang menggantung melintang, berpendar hangat seperti kunang-kunang kota. Di tengahnya, sebuah meja bundar telah dipersiapkan. Di sekelilingnya, kursi empuk berwarna putih gading dan vas bunga lili segar menambah kesan intim.
Rayyan sudah duduk menunggu, mengenakan kemeja hitam yang digulung hingga siku. Ia berdiri begitu melihat mereka, memberikan pelukan ringan kepada Raka.
“Selamat datang,” ucapnya dengan nada lebih lunak dari pertemuan sebelumnya. “Malam ini… aku ingin membuka banyak hal.”
Setelah makanan disajikan—makanan Eropa modern yang tertata rapi—mereka duduk dan saling bertukar senyum gugup.
“Ayah kita,” buka Rayyan sambil memutar gelas anggurnya perlahan, “adalah pria