Suara detik jam di dinding terdengar begitu nyata malam itu. Di dalam kamar yang pencahayaannya lembut, Maya duduk di depan laptop dengan mata bengkak. Ia menulis pesan yang entah akan dikirim atau disimpan. Raka tertidur di sampingnya, masih mengenakan kemeja setengah terbuka, tampak kelelahan usai rapat dadakan dengan kuasa hukum dan tim keamanannya.
Maya memandang wajah pria itu lama—pilar yang kini menopangnya. Tapi dalam pikirannya, suara Dino terus terngiang. Ancaman, rekaman masa lalu, dan tatapan penuh kuasa gelap itu membuat tubuhnya kembali dingin.
Ia membuka laci meja kecil, mengeluarkan kotak kecil yang telah lama ia simpan. Di dalamnya, ada SIM lama, foto-foto lama, dan kartu nama seseorang dari masa lalu: “Indra Saputra – Konsultan Keamanan Swasta”. Orang ini dulu pernah menyelamatkannya dari razia, sebelum akhirnya ia benar-benar keluar dari dunia malam.
Jari-jarinya bergetar saat menekan nomor di kartu itu.
Telepon tersambung.
“Halo?”
“Mas Indra?” suara Maya nyaris ber