Permata yang tadinya tersenyum, seketika mengerutkan bibirnya. Angkasa memiliki perasaan yang sangat peka terlebih lagi dengan kedua orang tuanya. Setelah mengatakan itu, Angkasa pergi meninggalkan Permata seorang diri di ruang keluarga. Membuat Permata termenung seorang diri. Tanpa dia sadari, Axel pun mendengar itu. Lelaki itu menatap istrinya dari balik lemari besar dalam diam.
Meskipun mereka sama-sama merasa bersalah, tapi tidak ada dari mereka yang ingin mengakhiri perang dingin tersebut. Bahkan saat ini ketika mereka sama-sama berada di dalam kamar yang sama, tidak ada yang ingin mengakhiri keheningan tersebut. Bahkan mereka sama-sama duduk di ranjang yang sama.
“Sampai kapan kamu akan mendiamkanku?” tanya Axel pada akhirnya. Tak tahan diabaikan oleh Permata. “Kenapa kamu memperlakukanku seolah aku nggak terlihat di matamu.”
Axel menoleh pada Permata yang tengah fokus pada tabnya. “Dicurigai itu nggak enak,” jawab Permata tanpa menatap Axel sedikitpun. “Aku membutuhkan waktu