Cari
Pustaka
Beranda / Rumah Tangga / Diceraikan suami, Dipersunting Sultan / Bab 2

Bab 2

Penulis: Yastin Arunika
2025-05-11 15:27:44

Anjani meringkuk di kamarnya, badannya masih terasa panas. Dia sudah meminum obat, tapi masih saja panasnya belum juga turun. Anjani terus mengabari Baskara perihal kondisinya. Baskara meminta Anjani untuk ke klinik saja.

Di luar, Bu Lili merasa jengah saat mengetahui menantunya belum juga keluar dari kamar, kesal tidak melihat Anjani lalu lalang membereskan rumah.

“Anjaniiii....” teriak Bu Lili. “Mau sampai kapan kamu di kamar seperti itu? Gak akan keluar kamar kamu, hah?!” teriak Bu Lili lagi.

Belum ada sahutan dari dalam kamar, Bu Lili pun mengetuk-ngetuk kamar Anjani dengan kencang.

“Anjaniiii! Kamu budeg atau gimana?! Buruan keluar ini udah hampir siang, Ibu lapar ini mau makan!”

Ceklek. Tidak lama pintu kamar Anjani terbuka. Anjani membetulkan kerudungnya terlebih dahulu.

“Bu, badan aku masih belum enakan. Biar Anjani pesenin makanan online aja ya, Bu,” Anjani berinisiatif menawarkan.

“Ibu itu udah beli bahan mentah. Sayang, dong, kalau gak dimasak, mubazir tahu enggak! Udah kamu masak yang ada aja, gak usah beli online-online, ngabisin uang Baskara aja kamu itu.”

“Bu, Anjani belinya pake uang Anjani dulu kok Bu, bukan uang dari Mas Baskara,” sanggah Anjani.

“Dih, uang kamu? Emang kamu punya uang dari mana? Kamu aja gak kerja, cuma diem di rumah. Gimana caranya kamu bisa punya yang kaya gitu? Udah jelas uang yang kamu pegang itu uang anak Ibu! Udah buruan ke dapur. Ibu udah lapar, masak gak pake lama!”

Bu Lili langsung duduk di kursi, dia menyalakan TV dan menonton gosip. Walau dengan keadaan lemas, akhirnya Anjani menuju dapur dan mulai memasak.

Di sela-sela memasak Anjani merasa tubuhnya begitu ringan, dia memegang ujung meja sesaat sambil memejamkan mata. Mencoba menyeimbangkan diri agar tetap bisa berdiri, tapi tubuhnya malah ambruk.

Braaaak!

“Apa tuh?” Bu Lili langsung menuju dapur ke sumber suara yang dia dengar tadi.

“Anjani! Aduh gimana ini, malah pingsan lagi si Anjani. Kamu itu Ibu suruh masak Anjani bukan malah ambruk disini, nyusahin aja kamu itu,” Bu Lili mendumel sambil menepuk-nepuk pipi Anjani berharap sang menantu sadar.

Tapi setelah beberapa kali mencoba Anjani belum juga sadar. Dengan sedikit rasa panik Bu Lili keluar rumah untuk meminta bantuan, berharap ada tetangga yang bisa membantunya.

“Bu Lili kenapa?” tanya Bu Ambar tetangga seberang rumah Bu Lili.

“Aduh, syukur ada Bu Ambar. Bu Ambar tolong itu si Anjani pingsan di dapur, saya bingung gotongnya. Apa Bu Ambar bisa bantu?”

“Pingsan? Kenapa Bu kok Anjani bisa pingsan kaya gitu?” tanya Bu Ambar yang sedikit kaget

“Saya juga gak tahu, tadi dia di dapur eh langsung pingsan. Ayo Bu Ambar bantu saya!”

Bu Ambar memanggil suaminya untuk membantu mengecek kondisi Anjani. “Aduh pah, ini badan si Anjani panas banget. Kayanya bener deh harus di bawa ke klinik.” Ucap Bu Ambar pada suaminya

“Yaudah ayok, Mah. kita langsung ke klinik dokter Andres aja.” Seru pak Agus

Bu Ambar mengangguk, dia membuka pintu mobil miliknya yang kebetulan terparkir di depan rumah. Pak Agus menggendong Anjani dan langsung menyimpan kursi mobil bagian belakang.

“Padahal gak usah di bawa ke klinik bu Ambar, Pak Agus. Kayanya sebentar lagi juga si Anjani bakalan bangun.” Ucap Bu Lili

“Gak usah gimana sih Bu? Menantunya sakit begitu sampe pingsan kok malah dilarang buat dibawa ke klinik,” Jawab Bu Ambar matanya mendelik kepada Bu Lili

“Bu-bukan begitu Bu Ambar tapi nanti aja nunggu Baskara pulang. Biar Baskara yang antar, Bu.” Jawab Bu Lili gelagapan

“Hubungi aja anak ibu sekarang suruh dia nyusul ke klinik sekarang.” Jawab Bu Ambar

Bu Lili menelan salivanya, meski keberatan tapi dia tetap menghubungi anaknya memberitahu bahwa Anjani di bawa ke klinik terdekat.

Baskara yang kebetulan sedang istirahat langsung membaca pesan yang masuk. Setelah membaca isinya Baskara langsung meninggalkan teman-temannya yang asik makan dan merokok di kantin.

Baskara melajukan motornya keluar area pabrik sedikit mengebut, saat di tengah jalan di arah berlawanan muncul mobil. Baskara yang kurang fokus yang reflek mengerem agar tidak menabrak mobil di depannya.

“Mas, gapapa?” Ucap seseorang yang keluar dari mobil dengan sedikit tergesa.

“Gapapa, maaf saya…” Baskara tidak melanjutkan ucapannya, matanya tidak berkedip saat melihat wanita cantik di depannya.

“Loh, Baskara! Kamu Baskara kan?” Ucap wanita itu yang sadar siapa pria yang hampir menabrak mobilnya

“Melati,” ucap Baskara dengan suara pelan “Kamu melati?” Tanya Baskara.

“Iya, aku Melati. Kamu mau kemana sih? Kok ngebut segala bawa motornya? Hampir aja nabrak kalau kamu gak cepet-cepet rem motornya” Ucap Melati.

“Iya sorry, aku lagi buru-buru ada urusan.” Jawab Baskara, matanya masih menyiratkan keterkejutan sekaligus kekaguman dengan melihat wajah Melati.

“Oh gitu ya. Eh nanti kamu datengkan ke acara reuni? Anak-anak yang lain udah konfirmasi kalau mau dateng, tapi kamu kayanya belum ada konfirmasi deh.”

“I-itu, iya aku usahain ya.” Jawab Baskara

“Eh ke cafe itu dulu yuk, mumpung kita ketemu. Kamu gak buru-buru bangetkan?” Tanya Melati sambil meraba lengan Baskara. Baskara ingin menolak tapi logikanya kalah oleh ego yang ingin berbincang dengan perempuan yang pernah menjadi tambatan hatinya.

“Boleh, yuk.” Ucap Baskara sambil mengangguk, dia memberikan senyum manis kepada Melati. Keduanya langsung menuju Cafe yang tidak jauh dari tempat mereka saat ini berbincang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi