Share

Bab 3

Penulis: Yastin Arunika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-11 17:56:44

Sesampainya di klinik Pak Agus membawa Anjani masuk ke IGD dia membaringkan tubuh Anjani di kasur kosong, di susul oleh Bu Ambar dan Bu Lili. Dokter jaga di ruangan IGD langsung melakukan pemeriksaan kepada Anjani.

Dokter tersebut memeriksa dengan seksama, ternyata tekanan darahnya rendah, demamnya hampir mencapai 40 derajat, denyut nadinya pun lemah. Selesai pemeriksaan dokter langsung menjelaskan kepada Bu Ambar dan Bu Lili bahwa Anjani perlu perawatan insentif karena kondisinya tidak memungkinkan untuk pulang.

"Bu Anjani harus di rawat inap beberapa hari ke depan ya, Bu." Ucap dokter kepada Bu Ambar dan Bu Lili

"Apa gak bisa pulang aja, dok?" Tanya Bu Lili

"Tidak bisa Bu, melihat kondisinya tidak memungkinkan untuk pulang. Jadi saran saya Bu Anjani di rawat untuk pemeriksaan lebih lanjut." Jawab dokter dengan sopan.

"Bisakan kalau pakai kartu kesehatan dari pemerintah dok?" Tanya Bu Lili.

"Bisa ibu" jawab Dokter dengan sopan

"Yaudah gapapa dok, kalau emang bisa di cover pake itu." Tungkas Bu Lili walau tidak setuju dengan saran dokter tersebut

"Baik, saya akan minta perawat untuk mengurus ruang inapnya ya Bu." Bu Lili mengangguk

Bu Ambar dan Bu Lili menunggu, sampai perawat menginformasikan ruang inap sudah siap. Dan Anjani akan segera dipindahkan.

“Permisi, pak, Bu ruangannya sudah siap. Bu Anjani sudah bisa dipindahkan keruangan inap” Ucap Salah satu perawat.

“Silakan sus.” Jawab Bu Lili dan Bu Ambar berbarengan

Diam-diam Bu Lili mengirim pesan kembali kepada Baskara karena sudah lebih dari setengah jam anaknya belum juga tiba di klinik.

"Kemana lagi si Baskara! Jarak dari pabrik ke sinikan gak jauh, kenapa belum sampe juga!" batin Bu Lili sambil mengecek kembali handphonenya

Cukup lama Bu Lili menunggu di ruang inap sampai akhirnya kedua orang tua Anjani tiba di klinik. Bu Lili memberanikan diri untuk pamit pulang bersama Bu Ambar dan pak Agus.

"Nak, ayah mau pindahin kamu ke ruangan VIP saja ya." Ucap Pak Sanjaya kepada anaknya

"Kenapa emangnya pah? Di sini juga gapapa." Jawab Anjani

"Ya gapapa, papah pengen kamu lebih nyaman aja jadi papah pindahkan ke VIP. Sebentar ya biar papah urus dulu ke depan." Pak Sanjaya langsung keluar ruangan meninggalkan anak dan istrinya.

Bagaimana mungkin pak Sanjaya tega membiarkan anak bungsunya di rawat di ruangan yang menurutnya kurang bagus. Anjani selalu dia berikan fasilitas yang baik, itu sebabnya pak sanjaya berinisiatif untuk memindahkan ruang anaknya.

Hingga hampir magrib Baskara belum juga datang ke klinik, bahkan Anjani sendiri sudah dipindahkan ke ruangan VIP

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamar terbuka. Masuk seorang dokter dengan menggunakan jas putih, membawa stetoskop, wajahnya tenang meski terlihat lelah.

"Permisi, Bu Anjani?" Sapanya "Maaf ya Bu saya baru datang ke sini. Ada tindakan terlebih dahulu, jadi jadwal visit saya sedikit mundur." ucap Dokter Andreas dengan sopan

"Ya tidak apa dok," jawab Anjani

"Bagaimana kondisi ibu sekarang? Apa masih ada keluhan seperti pusing, mual dan muntah Bu?" Tanya Dokter Andreas dengan melihat rekam medis

"Sudah lebih baik dok, hanya sedikit lemas saja." Jawab Anjani

"Bagaimana dengan nyerinya Bu? Apa masih terasa?" Tanya dokter Andreas lagi

"Masih ada sedikit dok, tapi tidak seperti sebelumnya" jawab Anjani

Dokter Andreas tersenyum, "Sepertinya ibu mengalami iritasi lambung, saya cek dulu ya Bu. Boleh saya cek perutnya?" Izin dokter Andreas terlebih dahulu, Anjani mengangguk.

Dokter Andreas memeriksa dengan hati-hati, menekan beberapa titik tertentu "tarik nafas dalam, ya Bu... Sekarang buang... Bagus..." Dokter Andreas melepas tangannya dari perut Anjani "Jaga pola makannya ya Bu Anjani, jangan terlalu capek dan juga setres. Jangan biasa menyimpan banyak pikiran, karena tubuh kita terkadang sulit untuk di ajak kompromi." Ucap dokter Andreas dengan nada lembut.

"Baik dok, terima kasih" .

"Apa ibu sendirian di sini? Saya tidak lihat ada keluarga yang jaga Bu?" Ucap dokter Andreas sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.

"Orang tua saya izin untuk ke musola dulu dok, mungkin sebentar lagi kembali. Suami saya juga sedang dalam perjalanan kesini." Jawab Anjani, Dokter Andreas tersenyum.

"Ya usahakan ada yang menunggu di sini. Jika nanti ada sesuatu, pihak kami mudah untuk menghubungi." Ucap dokter Andreas menatap wajah Anjani yang masih sedikit pucat. Mata keduanya saling beradu untuk beberapa detik.

Tok! Tok!

Pintu kembali di ketuk dari luar. Seseorang masuk ke dalam ruangan dengan langkah sedikit tergesa dan napasnya terengah.

"Selamat malam dok" sapa Baskara kepada dokter Andreas yang ada di sisi ranjang Anjani

"Ya, malam." Jawabnya

"Maaf saya baru datang, saya suami Anjani dok." Ucap Baskara, dokter Andreas sedikit menggerakan tubuhnya

"Saya dokter Andreas yang menangani istri bapak. Saya sedang melakukan Visit karena tadi sempat tertunda"

Baskara melirik ke arah Anjani kemudian beralih kepada Dokter Andreas. Tatapannya sedikit menyelidik, merasa tidak nyaman melihat Anjani yang tadi sempat tersenyum dan saling pandang dengan dokter Andreas.

"Gimana kondisi kamu sekarang?" Tanya Baskara, tangannya langsung menggenggam tangan Anjani.

"Udah lebih baik mas" jawab Anjani tersenyum lembut.

"Bu Anjani tolong obatnya di minum dan jangan sampai terlewat ya Bu. Selain menjaga pola makan, juga harus menjaga pikiran. Jika ada sesuatu yang memberatkan ibu, di bicarakan saja jangan di pendam sendiri, karena terkadang sakit juga bukan karena dari penyakit itu sendiri melainkan dari pikiran juga." Ucap dokter Andreas, nadanya berubah sedikit tegas.

Baskara sedikit terhenyak mendengar penuturan dokter Andreas, dia mendadak kikuk.

"Baik dok, saya mengerti. Terima kasih." Jawab Anjani.

"Kalau begitu saya pamit ya pak, Bu. Semoga lekas sembuh" ucap dokter Andreas dengan tulus.

Baskara memastikan dokter Andreas sudah keluar dari ruangan, dia langsung duduk dikursi pinggir ranjang Anjani.

"Mas kamu kemana aja? Kenapa baru ke sini?" Tanya Anjani.

"Maaf, mas tadi gak bisa izin pulang. Mas juga tadi sempet di minta lembur, cuma gak di ambil." Jawab Baskara berbohong, wajahnya di buat semeyakinkan mungkin.

"Oh gitu ya mas."

"Mamah sama papah mana? Kata ibu tadi mereka nunggu kamu di sini?"

"Iya mas, mamah sama papah kayanya langsung ke kantin. Soalnya tadi izin ke mushola buat solat magrib." Jawab Anjani sambil mengelus tangan Baskara

"Dokter tadi udah lama periksa kamu?" Tanya Baskara dengan nada cemburu

"Enggak kok mas, gak lama sebelum kamu dateng dokter Andreas baru ke sini." Jawab Anjani

"Oh, kirain dari tadi periksa kamunya." Jawab Baskara merasa lega "kamu udah makan? Kalau belum biar mas suapin, kamu harus minum obat lagi kan?"

"Iya mas, itu makannya tadi di simpan di nakas. Obatnya juga ada di situ" tunjuk Anjani ke nakas yang tidak jauh dari tempat tidurnya

Baskara langsung mengambil makan malam dan menyuapi Anjani. Tapi disela aktivitasnya Baskara masih kepikiran dokter Andreas yang menurutnya terasa aneh saat memeriksa Anjani. Terutama saat dia datang, tatapan mata dokter Andreas sedikit mengusiknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diceraikan Suami, Dipersunting Sultan   Bab 51

    Persidangan ke-2 dilanjutkan. Anjani dan Baskara kembali hadir dalam persidangan. Namun kali ini ada yang berbeda. Baskara tidak hadir sendirian. Ia ditemani Melati, Bu Lili dan Putri. Mungkin kehadiran mereka untuk menjadi saksi di pihak Baskara, tapi Anjani terlanjur sudah tidak peduli apapun itu. Suasana ruangan kali ini sedikit formal, terasa dingin namun bukan semata-mata karena AC. "Baik bapak dan ibu, untuk sidang kali ini saya ingin mengetahui lebih lanjut alasan ibu memilih untuk bercerai... Serta melihat bukti-bukti yang dimiliki untuk memperkuat alasannya," ucap Hakim dengan tegas, meski wajahnya tidak menunjukan sikap dingin. "Apa alasan ibu mengajukan perceraian ini?" tanya hakim kepada Anjani. Anjani tersenyum ia duduk dengan tegak di kursinya. "Terima kasih pak hakim... Alasan saya menggugat cerai suami saya karena suami saya yang sudah berselingkuh. Alasan yang sudah tidak bisa saya toleransi lagi," jawab Anjani tanpa ragu. "Adakah alasan lainnya?" tanya hakim la

  • Diceraikan Suami, Dipersunting Sultan   Bab 50

    Cuaca masih terasa panas meski di ruangan ber AC. Melati menunggu gilirannya kembali untuk pemotretan. Ia duduk di sebelah Clarissa, jarinya sibuk membuka aplikasi dan juga berbalas pesan dengan Baskara."Permisi," seseorang masuk dengan membawa satu bingkisan di tangannya.Melati langsung tersenyum melihat kedatangan OB yang tadi sudah ia suruh untuk membeli rujak."Mba Melati ini rujaknya, maaf lama saya tadi cari di tempat lain," ucap OB itu dengan memberikan kresek kepada Melati.Melati melihat isi rujak yang cukup banyak dengan bumbu yang terpisah. "Makasih ya, kembaliannya buat kamu aja," sahutnya tanpa menoleh ke OB itu.Clarissa menatap Melati yang sudah terlihat tidak sabar untuk memakan rujak itu. Ia memperhatikan bagaimana Melati langsung menggigit buah mangga muda yang sudah bisa ditebak bagaimana rasanya."Mel, apa lu gak bisa tahan dulu apa kepengen lu yang kali ini? Apa gak bikin curiga orang-orang ya dengan lu kaya gitu," ucap Clarissa dengan nada sinis.Melati merasa

  • Diceraikan Suami, Dipersunting Sultan   Bab 49

    Hari persidangan tiba, Anjani ditemani Gerald melangkah dengan tekad yang kuat. Sebelum mereka ke persidangan, keduanya melakukan diskusi. Gerald melakukan konfirmasi terlebih dahulu soal keputusan apa yang akan Anjani ambil, meski sudah dilakukannya mediasi. Baskara memilih pergi diam-diam. Ponselnya sudah penuh dengan panggilan dari Melati yang memaksa Baskara untuk tidak datang, begitupun dengan ibunya yang baru tahu kalau Baskara sudah di pengadilan. "Mari mba kita masuk," ajak Gerald dengan sopan. Anjani mengangguk ia masuk mengikuti Gerald keruangan. Anjani dan tim pengacara duduk di sisi kiri. Tidak lama Baskara hadir seorang diri dan langsung duduk di sisi kanan. Matanya mencuri pandang kepada Anjani, ia melihat penampilan Anjani yang berbeda. Wajahnya lebih cerah, pakaiannya begitu cocok dengan Anjani, kerudung pashmina yang ia kenakan dengan model berbeda namun tetap syar'i membuat Anjani semakin terlihat anggun. Berbeda dengan Anjani, meski tahu Baskara ada di sebelahn

  • Diceraikan Suami, Dipersunting Sultan   Bab 48

    Anjani membantu ibunya membersihkan kebun belakang di rumahnya. Ia menyambut beberapa rumput liar dan memindahkan beberapa tanaman agar posisinya terlihat lebih rapi.Suara ponsel Anjani menghentikan aktivitasnya, ia izin untuk mengangkat telepon terlebih dahulu kepada Bu Aulia."Ma, aku angkat telpon dulu ya... Kayanya penting dari Mas Gerald," ucap Anjani. Bu Aulia mengangguk dan kembali membereskan tanaman.Anjani duduk terlebih dahulu di kursi yang terbuat dari kayu dengan segala jenis makanan dan minuman yang sudah ditata rapi oleh ART-nya jika majikannya beristirahat."Assalamualaikum, mas Gerald," sapa Anjani langsung."Waalaikumsalam, Mba Anjani... Maaf saya mengganggu mba, saya hanya mau menginformasikan kalau jadwal sidang pertama dan pemanggilan untuk mba Anjani sudah ada, sidang akan dilakukan dua hari lagi," tutur Gerald langsung ke inti.Anjani mengangguk pelan, "Apa saya harus hadir mas Gerald? Atau bisa diwakilkan saja oleh mas Gerald?" tanya Anjani."Ya bisa saja Bu A

  • Diceraikan Suami, Dipersunting Sultan   Bab 47

    Clarissa tidak ikut ke dalam. Ia memilih untuk menunggu di depan saja. Clarissa menggunakan earphone, agar tidak mengganggu orang lain saat ia memainkan ponsel, Melati dan Baskara sudah masuk beberapa menit untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya. "Clarissa," ucap seseorang yang sadar Clarissa sedang duduk. Clarissa langsung menoleh ia melepas earphone terlebih dahulu, dadanya langsung berdegup cukup kencang saat melihat siapa yang ada di depannya. "Eh… ha-hai..." Ia menyapa balik dengan sedikit gugup. Perempuan itu duduk di samping Clarissa tanpa diminta, "Lu lagi ngapain di sini? Siapa yang sakit?" tanyanya. "Oh i-itu... Ya gue lagi gak enak badan," sahut Clarissa mencoba menutupi keberadaan Melati. Mata orang itu melihat ruangan yang ada didepannya, dahinya langsung berkerut dan ia tertawa kecil. "Lu sakit apa? Lu mau periksa ke Obgyn? Seriously?" Bagaimana tidak? Orang itu tahu Clarissa bukan wanita sesungguhnya, jadi sangat tidak mungkin Clarissa memeriksakan diri ke dokt

  • Diceraikan Suami, Dipersunting Sultan   Bab 46

    Yudistira sudah tertawa terbahak saat Andreas mendumel tanpa henti. "Sesekali lu baik sama cewek, jangan jutek terus kaya gitu... Untung tuh cewek gak baper parah, tapi gue yakin sih dia bakalan ngadu ke mamihnya dan itu pasti sampe ke telinga mamih Sekar," ucap Yudistira yang sedang berhenti tertawa."Gue juga tadi kepaksa aja sanggupin permintaannya buat ketemu... Kalau bukan karena mamih gue juga gak mau," sahut Andreas dengan wajah masamnya."Tapi lumayan cantik juga tuh cewek, masa sih elu gak tertarik sama sekali? Dres, gue agak khawatir sebenarnya sama elu," ucap Yudistira dibuat serius.Andreas menautkan alis, "khawatir kenapa? Tumben lu khawatir sama gue!" sindirnya."Ya gue khawatir aja... sebenernya elu itu emang gak tertarik sama cewek karena elu males buat berurusan sama yang namanya perempuan, atau.... atau elu begitu karena elu tuh sebenernya tertariknya sama cowok juga," jawab Yudistira dengan sedikit bergidik.Cekiit….!Mobil direm mendadak oleh Andreas. Dia membuka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status