Dua puluh menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di tempat yang dituju. Tanpa permisi masuk ruangan.
Setibanya di gedung mewah tempat Damian bekerja, Jenny tidak mempedulikan tatapan bingung resepsionis atau bisikan pegawai lain yang mengenalnya. Langkahnya terus menuju ke kantor Damian, mendorong pintu dengan sedikit kekuatan yang tersisa dalam dirinya. Tanpa permisi masuk ruangan.
“Damian!” teriaknya tanpa peringatan, suaranya memecah keheningan ruangan yang biasanya dipenuhi dengan percakapan bisnis. Damian, yang sedang duduk di balik meja kerjanya, terkejut dan segera berdiri. Raut wajahnya berubah dari mode santai seketika berubah terkejut.
“Jenny, ada apa? ”
“Jangan tanya aku ada apa!” potong Jenny dengan nada tinggi, matanya memerah, emosi yang selama ini terpendam kini mencuat. “"Mengapa harus berakhir begini, Damian? Mengapa keluargamu membuatku merasa terluka dan hancur?" Jenny berteriak dengan suara yang bergetar hebat, mencerminkan badai emosi yang menderanya.
Damian, y