Kinanti tidak bisa menahan rasa harunya. Memangnya siapa yang tidak terharu, diberi hadiah sebuah kalung dengan hiasan batu safir dari merk ternama?
Tapi yang terjadi pada Kinanti, bukan tentang perhiasannya. Melainkan siapa yang memberikan itu.
Kinanti menatap Damar dengan mata yang berkaca. “Ini—berlebihan nggak sih, Mas?”
“No,” kata Damar. “Ini sudah sangat cocok buat kamu, Sayang. Aku sengaja siapkan ini, dan kebetulan temanku di sana ada kenalan dengan designer ini.”
Kinanti melipat bibirnya ke dalam. Perempuan itu menahan gejolak yang ada dalam dirinya.
Rasa ingin menghambur ke pelukan Damar, begitu menggebu. Namun setengah mati ia tahan.
Mengingat status dan hubungannya yang masih belum jelas dengan pria itu.
Apakah ini saatnya ia meminta kejelasan dalam hubungan mereka?
Damar beranjak dari duduknya, kemudian berjalan dan berdiri di belakang Kinanti.
Pria itu meraih kalung itu, kemudian sedikit menyibakkan rambut Kinanti ke samping. Lalu mulai memakaikan benda itu di leher Ki