“Evan, aku nggak apa-apa!”
Nada bicara Nayla sedikit meninggi, ingin meredakan kekhawatiran Evan. Dia tidak menyangka kalau Evan akan bereaksi seperti itu.
Evan mendengus kesal, lalu memalingkan wajahnya dari Nayla, berusaha meredam kekhawatirannya.
“Maafkan aku.” Ucapan itu keluar begitu saja dari mulut Evan. Dia merasa sudah berlebihan dan membuat Nayla terkejut.
“Tapi, Evan, bagaimana kamu bisa datang tepat waktu?” tanya Nayla dengan penasaran.
Evan terdiam sejenak, matanya menatap kosong seolah sedang memikirkan sesuatu yang sulit ditebak Nayla.
“Seharusnya kamu itu bersyukur, aku datang tepat waktu. Kalau tidak, kamu bisa celaka!” Evan menjawab dengan nada tinggi sambil memalingkan wajahnya, menghindari pandangan Nayla.
Nayla terdiam, menyadari ada benarnya kata-kata Evan. Jika dia tidak datang tepat waktu, mungkin sekarang Nayla sudah tergeletak di lantai bawah.
“Sudahlah, lebih baik kamu keringkan dulu rambutmu, sana!” lanjut Evan dengan ketus.
Dia berjalan mendekati dindi