Malam merayap perlahan menuju ujungnya, seolah enggan benar-benar melepaskan kedamaian yang terhampar di ruang tidur Kaisar dan Ratunya. Udara hangat masih mengendap, dan di sela-sela detak jantung yang beriringan, hanya ada keheningan yang hidup—seperti simfoni halus yang tak perlu suara.
Di luar, langit belum benar-benar berubah. Bintang-bintang masih menggantung, redup tapi setia, seperti saksi bisu atas ketenangan yang mahal. Angin tipis menyusup melalui celah jendela, membelai lembut gorden berwarna kelam dan membuatnya berayun pelan seperti nafas dalam tidur.
Azrael belum tertidur sepenuhnya. Matanya masih terbuka sebagian, menatap lembut wajah istrinya yang terlelap dalam pelukannya. Ada damai yang langka di situ—sebuah jeda di tengah peperangan yang tak kasat mata. Dan Kaisar, dengan segala kekuatannya, tidak ingin membangunkan pagi jika itu berarti mengusik mimpi indah Arcelia.
Ia hanya membisikkan doa dalam hati—agar waktu melambat sedikit lagi. Agar dunia tak terburu-buru m