Lampu neon toko obat tradisional Pak Wong masih menyala terang ketika Peter tiba di sana.
Melalui kaca etalase, Peter dapat melihat Pak Wong sedang membereskan botol-botol ramuan di rak belakang. Wajah pria paruh baya itu tampak lelah setelah seharian melayani pembeli.
Peter mendorong pintu kaca yang berbunyi lonceng kecil. Pak Wong menoleh dengan ekspresi yang langsung berubah masam begitu melihat siapa yang datang.
"Wah, wah, wah," Pak Wong meletakkan botol ramuan dengan agak keras. "Lihat siapa yang datang. Si Peter yang gemar mencari utang."
"Selamat malam, Pak Wong," Peter tersenyum sopan meski merasakan nada sinis dalam suara pria itu.
"Malam apa?" Pak Wong melipat tangan di dada. "Aku kira setelah kejadian kemarin-kemarin, kamu tidak akan berani muncul lagi di sini."
Peter mengernyitkan dahi. "Maksud Bapak?"
"Jangan pura-pura tidak tahu!" Pak Wong menunjuk-nunjuk dengan jari telunjuknya. "Kamu ambil bahan herbal langka dari sini dengan alasan untuk obat tradisional. Ternyata ap