"Sayang." Evan hanya bisa bernapas lega setelah memasuki kamar dan melihat Hana berada di teras kamar sambil memandangi view di depannya yang langsung menyajikan pemandangan laut. Setidaknya Hana benar-benar menunggunya dan tidak meninggalkannya pergi begitu saja karena marah.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Hana sengaja bertanya dengan satire. Ia benar-benar memosisikan diri sebagai asisten, seperti yang disebutkan Evan sebelumnya. Tidak lebih dari tiga detik Hana menatap Evan dan detik selanjutnya ia kembali menatap lautan. Melihat lautan jauh lebih menenangkan untuknya saat ini daripada menatap suami yang hanya mengakuinya sebagai asisten.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Evan memeluk istrinya dari belakang, mencoba menyampaikan permintaan maaf melalui gesture-nya. Lebih dari semenit Evan menunggu Hana berbicara, tapi tak juga mendengar sepatah kata pun dari bibir manis yang selalu digilainya itu.
"Maaf. Mau denger penjelasanku?"
Hana mengangguk. "Tapi sambil duduk, aku nggak mau kamu