"Han, lo dateng ke reuni akbar SMA kita nggak?"
Suara berat Vio yang terdengar memalui sambungan telepon itu berhasil mengganggu pagi hari Hana. Hana yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya berusaha membebaskan diri dari belitan tangan Evan di perutnya.
"Masih pagi, Viooo. Astaga!" pekik Hana kesal setelah menutup pintu kamarnya, meninggalkan Evan yang masih tertidur pulas setelah olahraga pagi mereka.
Dari ujung sambungan telepon terdengar gelak tawa dari Vio. "Abis nganu lo ya? Makanya ngomel-ngomel gue ganggu."
Hana mendengus kesal. "Nggak Ribka, nggak lo, sekarang bahan ledekannya nggak jauh-jauh dari itu ya. Nasib, sahabatan sama yang masih jomblo."
"Sialan! Eh tapi gue beneran deh, Han. Lo dateng nggak?"
"Ini reuni lima angkatan termasuk angkatannya Evan kan? Menurut lo ada kemungkinan suami gue nggak dateng dengan status dia dulu sebagai ketua ekskul pencinta alam di sekolah? Kalo dia dateng, ya gue dateng lah. Kan udah sepaket."
"Gosh! Lo ketempelan setan Belanda apa gimana s