Berniat pulang lebih awal, pukul tiga sore Pramono keluar dari ruangannya. Melewati meja Hana, berbelok kiri, dia melangkah menuju ruang editor untuk menemui Nadya dan bermaksud mengajaknya pulang bersama. Namun, Pramono harus kecewa karena wanita itu tidak ada di mejanya.
Laki-laki itu berbalik. “Kau tahu di mana Nadya, Hana?”
Sontak Hana mendongak. Pandangannya sempat melirik ke ruangan sebelah di mana Nadya biasanya berada, sebelum kembali pada sang bos yang berdiri dengan tatapan dingin, menunggu jawaban.
“Tidak, Pak. Saya kira tadi sudah izin sama Bapak.”
Pramono memicing. Artinya dia pergi? “Sejak kapan?”
“Mungkin satu jam yang lalu.”
Laki-laki itu meninggalkan meja Hana dan keluar dari ruang editor dengan langkah panjang. Satu tangannya menyelip ke dalam saku kanan celana, lalu keluar dengan ponsel dalam genggaman dan mulai menggulirkan ibu jari.
“Kau di mana?” tanyanya pada seseorang di ujung sana setelah nada sambung terputus.
“Aku di rumah.”
“Rumah yang mana?”
“Yang