Sore itu hujan turun pelan, seperti langit ikut kelelahan dengan semua yang terjadi belakangan ini. Aku baru saja selesai membereskan beberapa berkas—aku mulai terlibat aktif di yayasan yang dibentuk Rigen untuk perempuan muda. Setelah siaran itu, hidupku tak lagi sunyi. Tapi justru karena itu... aku merasa lebih sering kesepian.
Rigen terlalu sibuk.
Dia ada, tapi tak benar-benar hadir.
Sementara aku… aku diam-diam mulai merindukan percakapan yang ringan, yang tidak melibatkan strategi politik atau reputasi yang harus dijaga.
Lalu, pintu apartemen diketuk.
Kupikir Jovian, atau pengawal, atau mungkin bahkan kurir dari kantor yayasan. Tapi saat kubuka—
“Drake?”
Suaraku nyaris tak keluar.
Pria itu berdiri di sana, mengenakan jaket kulit gelap, rambutnya sedikit basah terkena hujan. Senyum yang familiar muncul di wajahnya, senyum yang tak pernah berubah sejak masa-masa dulu—saat aku hanya Ariella Smith yang tinggal di flat kecil dan sering numpang makan di kafe tempatnya