Valdi melihat kebimbangan itu. Melihat kilatan gairah yang masih bersemayam di dasar mata Vina. Ini adalah momennya. Momen untuk mendesak, untuk mengambil apa yang dia inginkan, informasi atau respons lain yang dia butuhkan. Tangannya yang tadinya hanya membelai kini meluncur turun, merayap di bawah blus Vina, menyentuh kulit paha wanita itu yang masih hangat.
Sentuhan itu disengaja, merusak jarak dan batasan yang tadi Vina coba ciptakan.
"Termasuk Max?" ulangnya, suaranya kini terdengar rendah, berbahaya, dan penuh tuntutan. Jemarinya kini telah menemukan jalurnya, berhenti di ambang batas, di mana denyut terlarang menjadi paling kuat dan sensitif.
Viviana terkekeh pelan, suara renyahnya mengandung sedikit ironi dan geli, seolah Valdi baru saja melontarkan lelucon yang cerdas namun absurd. Tawa itu kontras dengan ketenangan permukaan yang selalu ia tampilkan. Valdi menatapnya, pandangan matanya menyipit, mencoba membaca makna di balik respons wanita itu. Senyumnya sedikit mengeras.
"