Share

Bab 189

Penulis: kodav
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-22 11:00:09

Vina balas menatapnya dalam-dalam, pandangan matanya yang indah dan biasanya tegas kini sarat dengan kelelahan dan ketakutan yang berusaha disembunyikan. Perlahan, dengan gerakan yang lembut namun sarat makna, Vina mengangkat kedua tangannya, menangkup hangat kedua pipi Valdi. Ibu jarinya mengusap lembut tulang pipi Valdi, merasakan panas kulitnya, keakraban yang berbahaya dari sentuhan ini. Kemudian, perlahan menundukkan dahi mereka hingga bersentuhan, seolah mencari perlindungan.

Napas Vina berembus perlahan menyapu kulit Valdi. Dia menggelengkan kepalanya lagi.

"Ini terlalu rumit... honey," bisiknya, suaranya serak, melekat di udara tipis di antara mereka.

Valdi tidak menjawab dengan kata-kata. Sebagai gantinya, dia memejamkan

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 198

    Farah, yang sedari tadi masih menunggu jawaban Valdi, perlahan menghampiri meja makan, meletakkan hidangan itu di depan Valdi. Ia bisa merasakan tatapan Valdi yang membakar kulitnya, membuatnya merinding sekaligus memicu sensasi aneh di area kewanitaannya.“Oh, itu…” Valdi akhirnya berbicara, suaranya rendah, namun penuh otoritas. Ia mengambil sepotong bacon dari piringnya. “Kalau nanti-nanti kamu lihat saya keluar pake kursi roda, kamu jangan banyak tanya dan jangan banyak omong kalau orang-orang nanya. Itu urusan saya, ngerti?” Nada suaranya dingin, mutlak, sebuah peringatan keras yang tak bisa dibantah.“Ba… baik, Tuan,” Farah mengangguk cepat, rasa takut yang dingin menjalar di punggungnya. Ia langsung sedikit bergegas meninggalkan Valdi, tatapan mesum Valdi yang masih mengikuti setiap gerakannya membuat jantungnya berdebar, bukan hanya karena ketakutan, tapi juga karena sensasi aneh yang mengaduk perutnya, merambat ke bawah, membuat intinya terasa berdenyut-denyut. Jadi, Valdi pu

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 197

    Valdi memejamkan mata, namun kegelapan yang seharusnya membawa ketenangan justru diisi bayangan-bayangan yang menari di pikirannya. Sensasi dingin yang merayap di punggungnya tadi, bisik-bisikan halus, seolah masih menggantung di udara.Matanya terbuka, menoleh ke samping. Mayang yang terlelap pulas. Wajah gadis itu begitu tenang, seperti bayi yang baru saja menemukan kedamaian setelah seharian bermain. Bibirnya sedikit terbuka, napasnya teratur, dan rambutnya yang acak-acakan di bantal menambah kesan tak berdosa. Melihat Mayang, sulit membayangkan gelombang gairah dahsyat yang baru saja mereka lewati. Mayang sepenuhnya terbuai, termanipulasi, dan terjerat dalam jaringnya. Valdi tahu itu. Tapi mengapa kemudian ada perasaan aneh ini, seolah jaring itu kini juga menjerat dirinya? Cahaya redup dari ponselnya menunjukkan pukul satu dini hari. Valdi menggerakkan tubuhnya perlahan, berhati-hati agar Mayang tidak terbangun. Aroma khas Mayang, perpaduan keringat setelah gairah dan wangi alam

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 196

    Malam itu terasa menusuk tulang, namun di dalam kamar, udara justru terasa begitu pekat, dibakar oleh hawa panas yang tak tertanggungkan. Pendingin ruangan yang meraung tak mampu memadamkan api yang berkobar di antara Valdi dan Mayang. Malam yang dingin tak mampu mengalahkan panas dari gairah mereka berdua yang membuncah. Di atas pangkuan Valdi, Mayang, dengan bibir yang masih menempel erat pada bibir pria itu, kemarinya yang mungil tak henti-hentinya menggesekkan kejantanan Valdi yang keras ke celah kewanitaannya yang telah basah kuyup dan berdenyut. Setiap gerakan kecil Mayang mengirimkan gelombang kenikmatan yang semakin memuncak, menyulut api yang tak terpadamkan di antara mereka.Tangan Valdi, dengan sigap menangkap pinggul Mayang. Ia siap menancapkan kejantanannya yang besar dan kokoh ke dalam kehangatan kewanitaan Mayang yang sudah terbuka lebar di atasnya.“Sayang, kamu yakin?” Suara Valdi terdengar serak, penuh pertanyaan yang menggantung di udara. Ia menatap Mayang lekat-leka

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 195

    Pagi menjelang di kediaman Valdi, namun bagi Farah, malam yang baru saja berlalu meninggalkan jejak yang jauh lebih dalam dari sekadar debu tidur. Ia terbangun dengan tubuh yang pegal lada, terutama di area kewanitaannya yang terasa lengket dan sedikit perih. Apakah itu nyata? Atau hanya mimpi basah yang begitu hidup, begitu kuat, hingga meninggalkan sensasi fisik yang nyata pula? Celana dalam yang seharusnya dikenakannya semalam kini tergeletak tak beraturan di sisi ranjang, sebuah bukti bisu dari sebuah malam yang penuh gairah terlarang.Jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Valdi, tuan rumahnya, biasanya baru bangun dua jam lagi. Ia bangkit dari ranjang, setiap langkah masih terasa berat, terutama saat kakinya mencoba merenggangkan otot-otot yang terasa kaku dan nyeri pasca 'tempaan' semalam. Sesuatu yang panjang, besar, dan kuat memompa dirinya berulang-ulang, memaksanya mencapai berkali-kali puncak kenikmatan. Dengan hati-hati, Farah keluar dari kamarnya. Pintu kamar Valdi di l

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 194

    Dalam kegelapan, dalam posisi telungkup, pria itu memompa lubang kenikmatan Farah. Rasanya seperti dimasuki badai. Benda hangat, besar, dan keras itu tidak hanya sekadar di dalam, namun menghantam masuk dengan tenaga yang nyaris brutal, menarik keluar hanya untuk mengumpulkan momentum dan menghantam lagi. Tubuh Farah gemetar hebat di bawahnya, bukan hanya dari ketakutan, tetapi juga dari gelombang kejutan listrik, sebuah kenikmatan yang begitu asing dan terlalu intens untuk dicerna oleh otaknya yang panik.Napasnya terenggap, tersangkut di antara bibirnya yang sedikit terbuka. Kegelapan melingkupi segalanya, menyembunyikan identitas penyusup ini, namun sensasi fisiknya begitu nyata, begitu besar. Dia bisa merasakan perut bawahnya ditekan ke ranjang, tubuhnya melengkung ke atas seiring dengan setiap dorongan yang dalam. P

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 193

    Beberapa saat berlalu, terbungkus dalam keheningan yang hanya dipecah oleh deru napas mereka yang berangsur teratur. Valdi perlahan melepaskan ciumannya, tapi pelukannya di pinggang Celine tidak mengendur. Mereka berpelukan tanpa banyak merubah posisi. Kehangatan tubuh Valdi masih melingkupinya, aroma maskulinnya yang bercampur keringat meruap di udara sempit. Celine membenamkan wajahnya di dada Valdi, merasakan detak jantungnya yang kuat."Kenapa sih... kenapa loe jahat sama gue?" bisik Celine lirih, suaranya teredam. Itu bukan tuduhan penuh murka, melainkan keluhan yang rapuh, sarat kebingungan."Jahat kenapa? Bukannya loe yang pengen?" Suaranya tenang, bahkan terdengar seperti menggoda, sebuah pukulan telak yang memutarbalikkan realitas. Ia tidak peduli dengan kebenaran, ia hanya peduli dengan permainannya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status