Sahira merasakan darahnya berdesir saat melihat sosok itu berdiri di balik bayangan pepohonan. Siluet tinggi dengan bahu kokoh yang terlalu familiar. Matanya membelalak, napasnya tercekat di tenggorokan.
Michael …
Jantungnya berdebar hebat, tangannya mencengkeram pinggiran sofa tanpa sadar. Dia di sini. Dia datang untuknya.
Tapi … bagaimana bisa? Bagaimana mungkin ada di sini?
Tubuhnya menegang, otaknya dipenuhi berbagai kemungkinan. Jika Michael datang, itu artinya perang akan pecah. Jonathan tidak akan tinggal diam. Sahira harus lari--dia harus melindungi bayi di dalam perutnya!
“Jasmine! Hei!” suara Adrian memecah lamunannya.
Ia tersentak.
Sosok Michael menghilang.
Tidak ada suara tembakan. Tidak ada teriakan anak buah Jonathan.
Tidak ada perang.
Hanya ruangan yang tetap sunyi dengan Adrian yang kini menatapnya dengan alis berkerut.
“Kau baik-baik saja?” tanyanya.
Sahira mengerjap, menyadari bahwa tangannya gemetar. "Aku … aku baik-baik saja."
Adrian menatapnya penuh selidik. “Kau