Michael menatap Karin yang masih terduduk di lantai dengan wajah pucat. Napas wanita itu tersengal, sisa ketakutan masih jelas di matanya.
“Sudah aman sekarang,” ucap Michael, menepuk pundak Karin dengan ringan. “Aku harus pergi. Aku ada urusan penting malam ini.”
Karin mengangkat wajahnya, menatap Michael dengan sorot mata penuh harap. “Mike, tolong jangan pergi dulu. Aku masih takut.”
Michael menghela napas, melihat sekeliling apartemen Karin yang sudah berantakan setelah insiden tadi. Ia memang khawatir dengan kondisi Karin, tapi Sahira sedang menunggunya. Malam ini ia sudah berencana melamar wanita yang benar-benar ingin ia jadikan pendamping hidup.
“Sudah tidak ada bahaya, Karin. Kalau masih takut, kunci pintumu rapat-rapat. Aku akan menyuruh seseorang untuk berjaga di luar,” kata Michael dengan nada lembut, tetapi tegas.
Karin mengepalkan tangannya, merasa cemburu mendengar nada Michael yang seolah ingin segera pergi. Tapi ia menahan diri, tetap menjaga ekspresi wajahnya agar te