Malam sudah larut. Langit kelam membentang tanpa bintang, seolah alam semesta ikut merasakan kekelaman yang menyelimuti hati Michael.
Di dalam mansion megahnya, ruang tinju menjadi saksi bisu atas amarah yang tak terbendung. Suara hantaman brutal terdengar berulang kali, menggetarkan ruangan.
Michael berdiri di tengah ruangan, napasnya memburu, dadanya naik turun tak beraturan. Tangan kanannya terangkat tinggi, lalu menghantam samsak di depannya dengan kekuatan penuh.
BUGG!
Samsak bergoyang keras, tapi itu belum cukup.
BUGG!
Ia memukul lagi, lebih keras, lebih brutal. Napasnya membakar tenggorokan, keringat membasahi wajah dan tubuhnya, namun ia tidak peduli.
Di kepalanya, bayangan itu terus muncul.
Sahira …
Di pelukan Jonathan!
Tertawa, tersenyum, menatap pria itu dengan kelembutan yang dulu hanya untuknya.
Sahira …
Menyuapi Jonathan dengan penuh kasih, menggumamkan kata-kata manis yang membuat darahnya mendidih.
"Jonathan, kau sangat baik … aku bersyukur bisa bersamamu daripada ber