Di dalam ruangan luas dengan pencahayaan temaram, Jonathan duduk di kursi kulit hitam di balik meja besar. Tangannya mengepal, wajahnya menunjukkan ekspresi tegang. Sebuah rokok menyala di antara jarinya, ia bahkan tidak tertarik untuk menghisapnya.
Di depannya, ada beberapa anak buahnya berdiri dalam posisi tegap, menunggu perintah lebih lanjut. Salah satu dari mereka, pria berbadan tegap dengan luka bekas sayatan di pipi, melangkah maju dan memberikan laporan.
“Bos, kami masih belum menemukan keberadaannya. Tapi … kami sudah mendapatkan jejaknya.”
Mata Jonathan menyipit tajam. Ia menggerakkan jari-jarinya di atas meja, tanda ketidaksabarannya semakin memuncak.
“Cepat temukan dia,” suaranya terdengar dingin.
“Baik, Bos!” anak buahnya menjawab serempak.
Jonathan bersandar di kursinya, lalu mengembuskan napas panjang. Matanya menatap tajam ke arah layar komputer yang menampilkan beberapa rekaman CCTV. Ia telah menghabiskan bertahun-tahun untuk mencari keberadaan seseorang.
Jonathan mer