Malam yang Tenang
“Naya...” “Mas!” Mereka berbicara bersamaan, lalu terdiam. Malam ini terasa aneh. Ada sesuatu yang berbeda di antara mereka sejak terakhir kali bertemu. Seakan ada jarak tak terlihat yang menyelimuti hubungan mereka. Raka duduk di ujung ranjang, menyeruput kopi hangat sambil sesekali mencuri pandang ke arah wanita yang tengah mengelus perutnya. Perut Naya yang mulai membesar adalah pengingat nyata dari ikatan yang sulit mereka hindari. “Kamu mau ngomong apa?” tanya Raka memecah keheningan. “Kamu duluan aja, Mas,” balas Naya. Raka tersenyum tipis. Senyuman itu membuat lesung pipinya terlihat, mengingatkan Naya pada sisi lembut pria yang selama ini ia anggap hanya sebagai bos yang kejam. Namun, senyuman itu juga membuat