Setelah satu semester aku tak lagi menunggui Brama di sekolah, pagi-pagi biasanya Brama diantar Mas Ammar atau diantar Mas Galih bersama dengan Reva. Aku akan menjemputnya setelah wali kelas Brama mengirim pesan 15 menit sebelum anak-anak bubar.
Firasatku memang sudah tidak enak sejak Brama berangkat tadi pagi. Jam 9 pagi saat aku dan Mbak Ivi membungkus barang-barang orderan customer. Mas Ammar datang menggendong Brama dengan pakaian berlumuran darah. Aku yang panik langsung berlari dan memeluk Brama yang masih dalam gendongan Mas Ammar.
"Brama kenapa, Mas?" tanyaku panik.
"Maaf, Bu kami yang salah," jawab Guru olahraga Brama yang mengikuti dari belakang Mas Ammar.
Mbak Ivi membantu menggantikan pakaian olahraga Brama yang penuh darah sementara aku mengobrol bersama Guru olahraga Brama dan Mas Ammar.
"Waktu sedang berolahraga salah seora
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter