"Selamat siang, ... Shinta Humaira!"
Shinta terlonjak saat melihat pemilik suara berat yang sangat tidak asing di telinganya. Jantungnya berdegup kencang dengan aliran darah yang begitu cepat. Tidak salahkah apa yang dia lihat saat ini? Benarkah diaa ...?
"Shinta ..." lirih pria itu lagi.
"Astagfirullahaladzim ..., Rein? Benarkah kamu, Rein? Bukankah ..." Sontak Shinta berdiri dan membekap mulutnya sendiri.
"Ya, ini Aku. Shinta, Aku memang belum mati."
Mereka saling menatap cukup lama dengan perasaan campur aduk. Tanpa sadar bulir bening mengalir dari sudut mata Shinta. Teringat kembali olehnya saat Rein tertembak di depan mata kepalanya sendiri, hingga jeritannya menggema ke seluruh penjuru taman Ballroom hotel itu. Betapa sakit dan hancur perasaannya saat itu. Laki-laki yang saat itu baru saja mengungkapkan cinta padanya, dengan sengaja memancing polisi untuk menembak dirinya. Orang-orang mengatakan Rein sengaja ingin bunuh diri. Sejak saat itu dia berpikir tak akan pernah lag